Dr. dr. A.A. Sri Wahyuni, Sp.KJ. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Orang yang mengalami gangguan mental di masa pandemi COVID-19 ini mengalami peningkatan. Dikemukakan psikiater Dr.dr. AA. Sri Wahyuni, Sp.Kj., belum lama ini, hal ini dikarenakan penyesuaian dengan situasi yang ada.

“Yang meningkat kecenderungannya adalah orang dengan masalah kesehatan mental karena penyesuaian dengan situasi yang ada saat ini. Terutama, situasi yang berkepanjangan dengan masalah sosial ekonomi. Ini semakin meningkat,” ungkap Wahyuni yang merupakan Ketua Yayasan Lentera Anak Bali (LAB) ini.

Baca juga:  Nikmati Libur Sehari dengan Traveling, Berikut Rekomendasi Tempat Wisata di Bali

Gangguan mental dimaksud seperti cemas, depresi, dan campuran gangguan cemas dan depresi serta gangguan penyesuaian. Tandanya orang mengalami gangguan mental yaitu lebih banyak mengeluh. Keluhan fisik seperti maag, sakit kepala, jantung berdebar, dan sulit tidur.

Gangguan mental berat seperti skizoprenia juga cenderung kambuh karena kesulitan untuk mengakses pengobatan. “Kesulitan-kesulitan inilah yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah bahwa ribuan naker yang saat ini dirumahkan dan di PHK, tidak punya akses untuk mendapat pelayanan gagguan mental dari ringan sampai sedang,” cetusnya.

Baca juga:  Konjen Jepang Puji Inisiatif Gubernur Bali Tangani Covid-19

Selain perhatian pemerintah, kelompok masyarakat juga diharapkan peduli terhadap permasalahan ini. Perlu adanya kegiatan kelompok, seperti terapi untuk masyarakat yang mengalami gangguan mental selama pandemi.

Mengingat perlunya social distancing di masa pandemi, ia menyarankan kelompok tersebut bisa menampung 10 – 25 orang. Mereka dianjurkan melakukan kegiatan seperti meditasi, relaksasi, yoga, olahraga, meluapkan ekspresi emosi dengan berteriak di pantai atau tempat terbuka untuk melepaskan beban.

Baca juga:  Libur Tahun Baru Pantai Goa Lawah Diserbu, Sayang Sarana Pendukung Kurang Memadai

“Penanganan dari gangguan mental yang ringan sampai sedang tidak semata-mata memerlukan obat, memerlukan upaya untuk mengekspresikan emosi dan perasaannya,” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *