DENPASAR, BALIPOST.com – Perkembangan di minggu lalu belum merupakan dampak dari libur Idul Fitri dan mudik Lebaran. Jadi, meskipun zona merah per 16 Mei sudah menunjukkan penurunan dari 12 menjadi 7 kabupaten/kota, pemerintah daerah diminta waspada.
Menurut Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, dalam keterangan pers yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (20/5), dipantau dari Denpasar, dampak libur baru akan terlihat dua sampai tiga minggu kemudian. Ia mengatakan 7 pemda yang masih ada di zona merah untuk segera memperbaiki penanganan COVID-19 di daerahnya.
“Kepada tujuh kabupaten/kota ini mohon untuk dapat segera memperbaiki penanganan COVID-19 di daerahnya, karena seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa perkembangan di minggu lalu belum merupakan dampak dari libur Idul Fitri dan periode mudik,” katanya.
Ia menyatakan untuk daerah yang masih masuk zona merah yaitu Sleman di Yogyakarta, Kota Salatiga di Jawa Tengah, Kota Palembang di Sumatera Selatan, Kota Pekanbaru di Riau, Solok dan Kota Bukittinggi di Sumatera Barat, serta Deli Serdang di Sumatera Utara.
Wiku mengingatkan jika tujuh wilayah tersebut sudah berada di zona merah sebelum dampak libur Idul Fitri terlihat, bukan tidak mungkin kabupaten/kota itu akan kewalahan menghadapi kemungkinan kenaikan kasus COVID-19 pada dua atau tiga minggu ke depan.
“Saya ingatkan tidak hanya pada kabupaten/kota di zona merah saja, namun di seluruh zonasi risiko untuk terus meningkatkan penanganan COVID-19 di wilayahnya. Utamanya dalam beberapa minggu ke depan sebagai antisipasi dampak dari libur Idul Fitri,” ujarnya.
Berdasarkan data per 16 Mei 2021 terjadi juga penurunan zona oranye dari 324 kabupaten/kota menjadi 321 kabupaten kota. Sedangkan, kabupaten/kota yang masuk zona kuning naik dari 169 menjadi 177 kabupaten/kota.
Zona hijau tetap bertahan pada delapan kabupaten/kota yang tidak memiliki kasus baru. Dan zona hijau tidak terdampak tetap 1 kabupaten/kota.
Wiku menyampaikan apresiasinya atas usaha pemerintah daerah, karena data menunjukkan penurunan di zona risiko tinggi dan sedang atau merah dan oranye. Sebaliknya ada peningkatan ke risiko rendah atau zona kuning.
Ia mengatakan kesiagaan untuk menghadapi apapun yang terjadi ke depannya merupakan kunci dalam merespons perubahan secara cepat. Sehingga kondisi apapun tetap dapat dikendalikan.
Ia meminta agar mengupayakan semaksimal mungkin peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan, perketat kembali terhadap kepatuhan pengawasan protokol kesehatan serta maksimalkan screening dan testing, terutama pada warga yang baru pulang bepergian. “Tidak lupa untuk memantau dan mewajibkan kepada warga yang baru pulang bepergian untuk karantina mandiri 5×24 jam demi mencegah potensi terjadinya penularan yang lebih luas di tengah masyarakat,” tegasnya.