Salah satu mitra Gojek sedang mengantar paket dari Tokopedia. (BP/Istimewa)

JAKARTA, BALIPOST.com – Adanya keputusan kolaborasi antara Gojek dan Tokopedia dengan membentuk Grup GoTo menciptakan kesempatan bagi penguatan ekonomi digital nasional untuk berkembang. Keberadaannya dinilai tidak akan menjadi ancaman, justru menjadi jembatan, terutama bagi sektor UMKM untuk “onboarding” (masuk ke ekosistem digital).

Menurut Kepala Center of Innovation and Digital Economy Indef, Nailul Huda, dalam rilis tertulisnya, kehadiran GoTo juga akan menciptakan daya saing ekonomi digital Indonesia dalam menghadapi serbuan produk-produk asing yang memanfaatkan platform digital asing. Contohnya Grup Shopee dan Grab, dua entitas asal China dan Malaysia yang juga agresif menggempur pasar Indonesia.

Nailul mengatakan kolaborasi Gojek dengan Tokopedia merupakan aksi korporasi biasa untuk saling mengisi dan memperkuat bisnis masing-masing. Melalui kolaborasi ini diharapkan pasar akan semakin meluas dan aktivitas ekonomi melalui ekosistem GoTo Group semakin efisien.

Strategi yang dikembangkan GoTo akan memberikan banyak manfaat bagi sektor UMKM dan juga para konsumennya. “Mereka (GoTo) ingin membentuk sebuah ekosistem yang paling komplit dan kompleks. Ketika sebuah perusahaan berhasil membentuk ekosistem kompleks dan variatif, dampaknya valuasi ekonominya akan meningkat. Dengan nilai valuasi yang tinggi dan ekosistem kuat maka fundamental bisnis GoTo juga makin kokoh,” ungkapnya.

Baca juga:  "PesanDariRumah," Upaya Gojek Dorong Perubahan Perilaku Mitra Taat Prokes

Kekuatan fundamental diperlukan oleh semua perusahaan, termasuk GoTo Group untuk menjamin keberlanjutan bisnisnya dalam jangka panjang. Terlebih, kata Nailul, meskipun telah membentuk sebuah super ekosistem, GoTo harus tetap berkompetisi dengan para kompetitornya masing-masing.

Gojek, menurutnya, masih tetap harus berkompetisi dengan Grab dan munculnya aplikator ride-hailing lainnya seperti Bonceng, Anterin, Maxim, dan lainnya. Begitu pun Tokopedia yang saat ini berkompetisi secara ketat di bisnis e-commerce terutama dengan Shopee. Di luar itu masih ada pemain e-Commerce besar lainnya seperti Lazada, Bukalapak, JD.ID, Blibli, dan lainnya.

Dengan tingkat persaingan yang sangat terbuka tersebut maka kehadiran GoTo tidak serta merta akan menciptakan dominasi pasar. Menurut Nailul, terlalu jauh menyamakan kehadiran GoTo di Indonesia dengan dominasi Alibaba Group di China yang kemudian menciptakan monopoli.

”Saya rasa (kolaborasi GoTo) tidak akan mengarah monopoli melainkan penguasaan pangsa pasar. Tidak akan terjadi monopoli seperti Alibaba walaupun semua perusahaan teknologi pasti ingin sebesar Alibaba. Untuk GoTo, kolaborasi ini akan meningkatkan kemampuan bersaing di tingkat ASEAN dan domestik yang akan semakin ketat,” terangnya.

Baca juga:  Mengais Berkah di Perhelatan G20, Mitra Gojek Dilatih Bahasa Inggris hingga "Service Excellence"

Ia menyebutkan hampir semua sektor industri, khususnya di Indonesia selalu terdapat penguasa pasar dan tidak berarti terjadi monopoli. Misalnya, pasar kendaraan roda empat, grup Astra berdasarkan data Gaikindo merupakan pemimpin pasar sekitar 51 persen pada 2020. Namun tidak berarti melakukan monopoli karena terdapat pemain otomotif lainnya yang berkompetisi. ”Jadi ini strategi penguasaan pasar tapi jelas berbeda dengan monopoli karena tetap terjadi kompetisi,” terusnya.

Nailul menambahkan, kewaspadaan terbesar dari ekonomi digital khususnya sektor e-Commerce adalah kegiatan dumping. Yaitu dengan cara menjual barang dari luar negeri pada harga murah sehingga bisa membuat pelaku usaha Indonesia khususnya UMKM menyerah. “Untuk impor masih akan jadi ancaman. Jadi kan konsumen e-Commerce atau digital itu price oriented consumer. Karakter seperti ini selalu incar barang murah. Memang layanan cross border ditutup tapi yang jadi masalah bukan itu. Banyak juga seller Indonesia tapi jual barang impor. Mereka impor dari logistik biasa terus dijual lagi dengan harga murah,” ungkapnya.

Baca juga:  Dua Rumah Pribadi Syahrul Yasin Limpo Digeledah KPK

Seharusnya, kata dia, dari pemerintah terutama Kementerian Koperasi dan UMKM bisa memberikan solusi supaya UMKM lokal bisa bersaing dengan barang impor. Produk lokal kurang bisa bersaing dari sisi harga karena terkait dengan kapasitas produksi yang memengaruhi biaya produksi.

”Distribusi logistik juga termasuk. Biaya pengiriman dari China lebih murah ke Jakarta ketimbang biaya dari Sidoarjo ke Jakarta. Ini harus dituntaskan juga masalah biaya pengiriman yang tidak efisien,” tuturnya.

Maka Nailul berharap kehadiran GoTo bisa turut membantu menuntaskan persoalan ini dan UMKM bisa turut berpartisipasi di dalamnya sehingga bisa meningkatkan persaingan. ”Kolaborasi mereka (GoTo) itu pasti akan ada efisiensi, biaya akan dihemat. Ada layanan Gojek dan Tokopedia, satu fungsi dan satu tujuan,” harapnya.

Dengan begitu maka diharapkan biaya logistik juga akan lebih murah dan UMKM akan merasa sangat terbantu. ”Saya sih harapannya pelaku UMKM mendapatkan layanan finansial GoTo untuk bisa beralih dari masyarakat unbank menjadi bankable. Saya harap mereka juga bisa meningkatkan literasi keuangan dan inklusi keuangan secara umum,” ujarnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *