I Putu Sudibawa. (BP/Istimewa)

Oleh I Putu Sudibawa

Pembelajaran di masa pandemi menuntut guru agar kreatif dalam memberikan proses pembelajaran dan tidak membebani peserta didik dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik/guru sebagai garda terdepan pendidikan harus dapat mengembangkan potensi secara utuh, baik secara mandiri sebagai tuntutan mata pelajarannya, atau bersama-sama dengan mata pelajaran lain dengan memperhatikan kompetensi atau capaian pembelajaran yang relevan antarmata pelajaran tersebut.

Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan menerapkan pembelajaran proyek kolaborasi. Proyek kolaborasi ini bisa dilakukan oleh guru dalam satu rumpun bahkan antarrumpun mata pelajaran.

Pembelajaran kolaboratif dapat terjadi setiap saat, tidak harus di sekolah. Misal sekelompok peserta didik saling membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan pembelajaran kolaboratif bisa berlangsung antar peserta didik yang berbeda kelas maupun dari sekolah yang berbeda. Pembelajaran kolaboratif dapat bersifat informal, tidak harus dilaksanakan di dalam kelas dan pembelajaran tidak perlu diukur secara ketat.

Pembelajaran kolaborasi merupakan pembelajaran yang melibatkan kerja sama antar guru, baik guru mata pelajaran sejenis maupun guru mata pelajaran yang berbeda. Pembelajaran kolaboratif merupakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam suatu kelompok untuk membangun pengetahuan dan mencapai tujuan pembelajaran bersama melalui interaksi sosial di bawah bimbingan guru baik pembelajaran dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas.

Baca juga:  Perempuan dan KDRT

Pembelajaran kolaborasi menuntun pembelajaran yang bermakna dan peserta didik akan saling menghargai kontribusi semua anggota kelompok selama berkomunikasi. Pembelajaran proyek kolaborasi harus memperhatikan kompetensi yang akan dicapai pada mata pelajaran yang berkolaborasi.

Guru harus bekerja sama dengan guru mata pelajaran lainnya untuk mengindentifikasi kompetensi tertentu yang dianggap menjadi inti proyek kolaborasi. Dalam kolaborasi dalam sebuah proyek akan memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk mencapai setiap kompetensi dari semua mata pelajaan yang berkolaborasi.

Merancang proyek yang menantang atau membutuhkan pemecahan masalah yang kompleks akan mendorong peserta didik untuk mengembangkan metakognisi peserta didik. Demikian juga dengan proyek yang autentik akan mendorong peserta didik menerapkan pengetahuan yang diperoleh ke dalam situasi yang lain.

Pembelajaran proyek berkolaborasi dapat berjalan dengan baik jika mendapat dukungan yang baik dari manajemen sekolah, guru, dan peserta didik. Manajemen sekolah memfasilitasi terjalinnya kerja sama antar mata pelajaran yang berkolaborasi terkait dengan persetujuan, pemanfaatan fasilitas sekolah, dan lain sebagainya.

Baca juga:  Sukses Tangani "Stunting" dan Ketahanan Pangan

Guru mata pelajaran yang merencanakan berkolaborasi dalam sebuah proyek harus duduk bersama dalam menyusun dan pengorganisasian kegiatan proyek. Peserta didik dengan arahan guru mata pelajaran melaksanakan proyek sesuai dengan arahan guru. Dengan demikian akan tercipta lingkungan pembelajaran yang kolaboratif.

Setiap mata pelajaran yang berkolaborasi dalam sebuah proyek pembelajaran memiliki indikator-indikator kompetensi yang akan dinilai. Penilaian proyek kolaborasi dapat dilakukan pada saat proses proyek dilaksanakan dan atau pada produk atau hasil pembelajaran proyek tersebut.

Hal ini sangat tergantung pada indikator penilaian yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang berkolaborasi. Terakhir dalam kegiatan pembelajaran kolaborasi perlu dilakukan refleksi. Refleksi bertujuan untuk mengevaluasi perencanaan, pengorganisasian atau pelaksanaan, dan penilaian proyek kolaborasi. Juga menganalisis kekurangan-kekurangan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan penilaian proyek kolaborasi. Menjadi sangat penting sebagai masukan dalam pelaksanaan pembelajaran proyek selanjutnya.

Baca juga:  Pajak, Pemutus Lingkaran Tak Berujung

Pengalaman kecil yang dapat saya ungkapkan disini adalah ketika saya memanfaatkan limbah batu padas dalam menangani limbah garmen hasil pembuatan kain endek. Mata pelajaran yang dapat berkolaborasi pada pembelajaran proyek kolaborasi dengan tema ini adalah mata pelajaran Kimia, Biologi, PPKN, Sosiologi, Seni Budaya, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia. Dari sisi lingkungan cocok dengan mata pelajaran Biologi dan geografi, dari segi penanganan limbah cocok dengan mata pelajaran Kimia dan PPKn. Kalau ditinjau dari jumlah limbah yang digunakan dan hasil limbah yang diperoleh bisa dikaji dari segi Fisika dan Matematika dan dari dari segi pengerajin tenun bisa ditinjau mata pelajaran seni budaya, sosiologi, dan antroplogi.

Pembelajaran proyek kolaborasi antarmata pelajaran, menjadikan pembelajaran bermakna, mengarah pada pengembangan metakognisi, perbaikan dalam perumusan ide, dan diskusi antar peserta didik dengan berpikir tingkat tinggi. Memberikan kesempatan untuk saling membantu, saling memperbaiki kesalahan dan meningkatkan tanggung jawab atas proyek yang harus diselesaikan, sebagai pembentukkan profil pelajar Pancasila.

Penulis, Kepala SMAN 1 Rendang, Penerima SEA (Science Education Award) Toray Jepang

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *