JAKARTA, BALIPOST.com – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga prihatin dengan kondisi anak-anak Indonesia yang makin banyak menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh keluarga. Dalam kondisi pandemi, anak-anak justru membutuhkan kasih sayang dan perhatian lebih dari orangtua.
Sebab, mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar dan bermain di rumah. Untuk setiap kasus kekerasan pada anak, Menteri Bintang menegaskan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) telah berupaya terjun langsung memastikan korban mendapatkan perlindungan sementara, melakukan trauma healing, hingga mendampingi proses hukumnya.
“Saya dan jajaran Kemen PPPA terus memantau setiap hari kasus kekerasan yang menimpa anak, baik dari pemberitaan media maupun dari pelaporan yang masuk di Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) dan hotline Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129. Keluarga terdekat adalah pelaku utama dan ini sangat memprihatinkan sekali,” ujarnya dalam rilis yang diterima.
Ia mengatakan keluarga dalam hal ini orangtua, seyogyanya menjadi pelindung, bukan pelaku. la mengatakan pihaknya tidak hanya memantau, tetapi turun ke lapangan memastikan kondisi korban dan melakukan pendampingan.
Apalagi sejak 2020, Kemen PPPA oleh Presiden RI mendapatkan tugas baru penyediaan layanan rujukan akhir bagi anak dan perempuan korban kekerasan yang memerlukan koordinasi tingkat nasional dan internasional. “Kami bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA), aparat kepolisian di daerah, aparat penegak hukum lainnya, psikolog, dan juga menggandeng para aktivis dan relawan perlindungan anak di daerah. Kami selalu pastikan layanan dan pendampingan berfungsi dengan baik, dan memastikan agar pelaku kekerasan terhadap anak mendapatkan hukuman sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Untuk itu saya memberikan apresiasi yang tinggi bagi para pejuang perlindungan anak ini,” tegas Menteri Bintang.
Selanjutnya, Menteri Bintang juga mengingatkan kembali pada orangtua untuk menerapkan pola pengasuhan positif kepada anak dan tidak menggunakan kekerasan. Pola pengasuhan tanpa kekerasan akan membentuk karakter anak yang tangguh, memiliki etika, dan kesehatan mental yang bagus.
“Mari para orangtua semua, jadilah pendidik, pendamping, dan pendengar yang baik bagi anak karena anak adalah titipan Tuhan yang dipercayakan kepada kita semua. Anak adalah peniru ulung dari tingkah laku orangtua mereka,” sebutnya.
Ia meminta jangan ragu melapor ke polisi atau mengadukan ke layanan UPTD PPA, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2Tp2A), SAPA 129, dan bisa juga melaporkan ke aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) terdekat. Gerakan PATBM yang memiliki ribuan aktivis di seluruh Indonesia adalah bentuk kapasitas masyarakat agar mampu menyelesaikan berbagai persoalan anak yang ada di masyarakat secara mandiri. (kmb/balipost)