Seorang anak berlari di lahan yang sempat menjadi danau baru akibat siklon Seroja pada awal April 2021 lalu di Kelurahan Sikumana, Kota Kupang, NTT, Rabu (26/5/2021). Lahan seluas dua hektare yang sempat terbentuk karena Siklon Seroja itu kini sudah mengering dan saat ini dijadikan sebagai lahan bertani bagi warga sekitar. (BP/Ant)

KUPANG, BALIPOST.com – Dampak Siklon Seroja di RT14/RW06, Kelurahan Sikumana, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang awal bulan April lalu yang membentuk danau baru kini sudah mengering, dan mulai dijadikan lokasi bertani oleh masyarakat yang ada di sekitar daerah itu.

“Sudah mengering sejak tiga pekan terakhir, dan kini kami jadikan sebagai lokasi bercocok tanam palawija,” kata Yosefina seorang petani sayur yang ditemui di Sikumana, Kota Kupang, NTT dikutip dari kantor berita Antara, Rabu (26/5).

Baca juga:  Dirjen Bimas Hindu Desak Penyelamatan "Catur Danu" Bali

Ia menjelaskan bahwa lahan tersebut kini menjadi begitu subur, setelah mengeringnya air yang sempat memenuhi lahan seluas dua hektare itu. Menurut dia mungkin karena masih banyak air tanahnya. Bisa jadi juga ujar dia karena banyak kotoran yang terkumpul di lokasi tersebut sehingga lahan tersebut menjadi subur. “Sekarang jadi lebih subur, bisa dilihat dari banyaknya sayur dan tanaman lain yang ditanam di lokasi itu segar dan menghijau,” tambah dia.

Baca juga:  Mengkhawatirkan, Peradaban Air di Bali Mulai Hilang

Yosefina sendiri mengaku lahan seluas dua hektare itu bukan lahan miliknya. Tetapi milik warga lain. Ia hanya mendapatkan kurang lebih tiga petak untuk mengelolanya. “Ada sekitar enam kepala keluarga yang mengolah lahan ini, nanti baru hasilnya dibagi dua untuk membayar pajak,” tambah dia.

Sementara Hendrik mengaku senang lahan yang digunakan bercocok tanam sayur untuk kebutuhan sehari-hari itu akhirnya mengering juga. “Pada awalnya saya khawatir. Bingung mau cari kerjaan apa kalau air di lokasi itu tidak surut, pasalnya mata pencaharian saya saat ini adalah menanam sayur-sayuran kemudian dijual agar bisa penuhi kebutuhan keluarga,” tambah dia.

Baca juga:  Per 1 Agustus Tarif Masuk Pulau Komodo Rp 3,75 Juta, Pemprov NTT Ungkap Alasannya

Lebih lanjut dia menjelaskan walaupun di lokasi bekas danau baru itu sudah mengering namun air dari lokasi mata air yang pecah masih terus mengalir, sehingga bisa digunakan untuk menyiram tanaman palawija yang dibudidayakan oleh warga setempat. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *