MANGUPURA, BALIPOST.com – Program masyarakat tanam cabe (Matanabe) yang diinisiasi Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung terpaksa dihentikan sementara. Penghentian program yang diperuntukan mengantisipasi gejolak harga cabai ini, dikarenakan keterbatasan anggaran.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, Wayan Wijana saat dikonfirmasi Rabu (26/5) tak menampik perihal tersebut. Pihaknya, kini berupaya mencari dana Corporate Social Resposibility (SCR) untuk mendanai program tersebut.
“Karena keterbatasan anggaran, untuk tahun ini program Matanabe belum bisa dilanjutkan. Harapan kami masyarakat bisa melanjutkan secara mandiri untuk ketahanan pangan keluarga,” ungkapnya.
Mantan Kabag Organisasi ini mengatakan program Matanabe juga tidak dianggarkan dalam APBD Badung lantaran tidak memiliki rumah dalam Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD). “Kami tidak menggarkan, karena belum ada rumahnya dalam SIPD. Kami akan coba dari sumber lain seperti CSR atau kerja sama dengan desa melalui APBDES,” katanya.
Sejatinya, program Manatabe sendiri dibuat guna mengantisipasi gejolak harga cabai akibat turunnya produksi dan lemahnya alur distribusi. Sebab, salah satu permasalahan klasik yang dihadapi setiap tahun adalah adanya gejolak harga cabai yang merugikan petani dan memberatkan masyarakat. “Berbagai upaya telah kami lakukan melalui kegiatan pengembangan hortikultura dan pengaturan pola tanam. Namun, hal itu belum mampu mengatasi masalah fluktuasi harga cabai tersebut karena faktor produksi dan distribusi,” jelasnya.
Melalui kegiatan tersebut, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan lahan pekarangan minimal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menanam cabai, tomat, terong, sayuran dan sebagainya.
Seperti diketahui, Desa Adat Dalung, Kecamatan Kuta Utara dan beberapa sekolah dipilih sebagai uji coba percontohan program Matanabe. Sebab, Dalung merupakan daerah transisi perdesaan dan perkotaan yang berkembang pesat sangat ideal untuk pengembangan urban farming.
Masing-masing kepala keluarga (KK) diberikan bantuan bibit cabai dan pupuk sebagai stimulus. Mereka juga akan didampingi para penyuluh pertanian. “Jika kegiatan ini berhasil akan dirancang setiap tahun di desa lainnya untuk meningkatkan luas tanam produksi cabai dalam mengantisipasi melonjaknya harga cabai,” pungkasnya. (Parwata/balipost)