DENPASAR, BALIPOST.com – Pada Mei, terdapat Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) yaitu Idul Fitri, Waisak, dan Isa Almasih. Selain itu, ada peniadaan mudik yang diprediksi meningkatkan konsumsi di Bali.
Namun, Bali, khususnya di dua kota amatan yaitu Singaraja dan Denpasar justru mengalami deflasi. Menurut Kepala BPS Bali Hanif Yahya dalam keterangan virtual disiarkan kanal YouTube BPS Provinsi Bali, Rabu (2/6), Denpasar mengalami deflasi -0,59% dan Singaraja deflasi -0,50%.
Secara tahun kalender (ytd), Denpasar mengalami inflasi 0,90% dan Singaraja 1,33%. Secara perbandingan tahunan antara Mei 2021 dengan Mei 2020 (yoy), Denpasar mengalami inflasi 0,81%, dan Singaraja 2,87%. “Dari kedua kota tersebut, Singaraja mengalami inflasi lebih tinggi,” ujarnya.
Penyumbang deflasi terbesar di Denpasar, tercatat pada kelompok perlengkapan Rumah Tangga (RT) sebesar -0,29% yang berarti harga komoditi pada kelompok ini turun. Penyumbang deflasi terbesar kedua yaitu kelompok makanan yaitu -0,26% yang terjasi penurunan harga dibanding bulan lalu (mtm).
Sedangkan di Singaraja, penyumbang deflasi terbesar yaitu pada kelompok makanan yaitu – 0,59%, informasi -0,05% dibanding April 2021 (mtm).
Komoditas utama penyumbang deflasi pada Mei 2021 di Denpasar yaitu canang sari yang mengalami deflasi -0,31%, cabe rawit deflasi – 0,10%, daging ayan ras, cabe merah, bawang merah, tarif Angkutan Udara, baju kaos tanpa kerah, jeruk, popok bayi sekali pakai, dan sawi putih.
Sedangkan penyumbang deflasi di Singaraja disumbang cabe rawit -0,31%, cabe merah -0,13%, bawang merah, terong, telepon seluler, daging babi, pisang, jeruk, es krim, dan ikan kakap merah. (Citta Maya/balipost)