AMLAPURA, BALIPOST.com – Akibat pandemi Covid-19 yang sampai saat ini melanda, membuat penjualan garam yang dihasilkan petani masih anjlok. Kondisi ini sudah terjadi sejak munculnya pandemi Maret 2020 lalu.
Ketua MPIG Gram Bali, I Nengah Suanda, Rabu (2/6)mengungkapkan, kalau sejak pandemi melanda Maret 2020 lalu sampai saat ini penjualan garam Amed masih anjlok. Hal itu menyusul tidak dibukanya pariwisata. Mengingat, selama ini penjualan garam Amed ini menyasar hotel dan restaurant.
“Setahun, petani garam hanya mampu jual sekitar 1.000 kilogram atau 1 ton. Jumlah itu turun dibanding sebelum pandemi, yang capai 3 – 5 ton. Karena pemesanan dari Jakarta, Jawa Barat, hingga Tanggerang juga mengalami penurunan,” ucapnya.
Suanda, menambahkan, saat ini sejumlah hotel mulai memesan garam. Hanya saja, jumlahnya tidak terlalu banyak, yakni satu sampai tiga kilogram perbulannya. Atas kondisi itu, membuat pasokan garam Amed di Kelompok MPIG numpuk. “Saat ini stok garam yang ada mencapai sekitar puluhan ton digudang. Stok garam yang ada merupakan produksi dari tahun 2019. Saat ini, proses produksi dihentikan sementara,” katanya.
Dia berharap, pariwisata pariwisata Bali segera dibuka sehingga pe jualan garam kembali meningkat karena hotel dan restauran pasti kembali buka untuk menerima kunjungan wisatawan. “Semoga saja, secepatnya pariwisata dibuka,” harapnya. (Eka Prananda/Balipost).