Petugas kesehatan menyiapkan vaksin AstraZeneca. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Vaksinasi COVID-19 telah dilakukan sejumlah negara, bahkan sejak akhir 2020. Indonesia pun sudah melaksanakan vaksinasi di awal 2021 dan masih terus memperluas jangkauannya agar di triwulan I 2022, 70 persen populasi penduduk Indonesia sudah memperoleh vaksin dan tercipta herd immunity (kekebalan kelompok).

Beberapa negara mengklaim telah berhasil melaksanakan program vaksinasi COVID-19 kepada sebagian besar warga negaranya dan telah berhasil menekan laju penularan COVID-19 di negara mereka. Dalam rilisnya, Kamis (3/6), Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), menyebutkan sebuah penelitian yang dimuat pada jurnal medis JAMA Network Open menjabarkan bahwa vaksinasi saja tidaklah cukup untuk mengakhiri pandemi COVID-19.

Diperlukan langkah pencegahan pararel, seperti karantina, menjaga jarak, dan memakai masker selagi program vaksinasi dilaksanakan. Mehul Patel, Asisten Profesor dari Program Emergency Medicine pada Universitas North Carolina di Chapel Hill, bersama para rekannya menggunakan model matematika untuk mensimulasikan penyebaran virus corona diantara 10 juta penduduk Carolina Utara. “Studi kami menyarankan untuk populasi 10,5 juta penduduk, sekitar 1,8 juta infeksi dan 8.000 kematian dapat dihindari dalam 11 bulan dengan vaksin yang efikasinya lebih tinggi, cakupan vaksinasi yang lebih luas, dan menjaga NPI (non-pharmaceutical interventions) seperti menjaga jarak dan menggunakan masker,” terang Patel.

Baca juga:  Bank Dunia Sarankan Indonesia Mereformasi Kebijakan Subsidi

Para ahli tersebut meggambarkan dalam studinya akan lebih baik memberi vaksin dengan efikasi yang lebih rendah kepada banyak penduduk, dari pada memberikan vaksin yang
efikasinya lebih tinggi namun kepada sedikit penduduk. Saat ini, lebih dari setengah populasi Amerika Serikat telah menerima vaksinasi COVID-19 dan 40% dari total populasi telah menerima dosis lengkap.

Seiring dengan meningkatnya cakupan vaksinasi COVID-19 di Amerika Serikat, beberapa negara bagian mulai melonggarkan kebijakan preventif pencegahan COVID-19.

Baca juga:  Penyusunan APBN 2022 Harus Antisipatif dan Fleksibel

California berencana untuk menghilangkan semua pembatasan kapasitas dan persyaratan
jaga jarak saat negara bagian ini kembali dibuka pada 15 Juni mendatang. Oregon juga
berencana mengumumkan untuk mengakhiri pembatasan karena pandemi, saat 70% penduduk setidaknya menerima dosis pertama vaksin COVID-19.

Studi dari Mehul Patel dan para koleganya menemukan bahwa dibutuhkan usaha yang terkoordinir untuk memaksimalkan cakupan vaksinasi dan pelaksanaan penanggulangan
pandemi termasuk dengan protokol kesehatan. “Untuk mengurangi beban COVID-19 hingga
kepada tahapan yang dengan aman memungkinkan upaya meghidupkan kembali ekonomi
dan kegiatan sosial,” terang Patel.

Meski demikian Patel dan timnya tidak menjelaskan dengan lebih rinci kapan titik amannya Amerika Serikat dapat menghentikan langkah pencegahan pandemi COVID-19. “Dalam
simulasi kami jika cakupan vaksinasi mencapai 75%, kami melihat tingkat infeksi virus
menurun,” ujar Patel.

Baca juga:  3M dan 3T Putus Penularan COVID -19

Juru bicara COVID-19 dari Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mempertegas pentingnya penegakan protokol kesehatan saat vaksinasi terus dilaksanakan.
“Penanganan pandemi COVID-19 tidak bisa dilakukan secara tunggal. Vaksinasi harus diiringi
dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan agar bisa mengendalikan pandemi COVID19,” tegas dr. Nadia.

Vaksinasi COVID-19 merupakan salah satu langkah penanganan COVID-19. Usai divaksinasi, orang tersebut memilliki risiko tiga kali lebih rendah terkena COVID-19. dr. Nadia menambahkan bahwa, usai mendapatkan suntikan dua dosis vaksin COVID-19, kekebalan tubuh tercipta sekitar satu bulan kemudian. “Dari hasil uji klinis diketahui kekebalan optimal baru bisa didapatkan setelah 28 hari setelah penyuntikan,” terang dr. Nadia.

Oleh karena itu, meski sudah divaksin jangan sampai lengah menjalankan protokol kesehatan
3M (menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan) serta mengurangi mobilitas dan
menghindari kerumuman. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *