GIANYAR, BALIPOST.com – Yayasan Puri Kauhan Ubud, Gianyar menyelenggarakan workshop Sastra Bali Modern, sebagai rangkaian kegiatan penulisan kreasi sastra, ‘’Sastra Saraswati Sewana, Pemarisuddha Gering Agung,’’ Jumat (4/6). Workshop yang diikuti sekitar 300 peserta ini dilaksanakan secara virtual, dihadiri Sukardi Rinakit, Staf Khusus Presiden RI Bidang Kebudayaan.
Dalam konteks gering agung Covid-19, karya sastra bisa menjadi pemarisudha, menjadi doa agar pandemi bisa diatasi. Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, AAGN Ari Dwipayana menyampaikan, pandemi Covid-19 menjadi momen penting bagi masyarakat untuk melakukan mulat sarira melalui penulisan karya sastra.
Karena itu, momen ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menghasilkan kreasi-kreasi sastra terbaik, yang akan menjadi catatan sejarah atas peristiwa pandemi COVID-19. Ari menegaskan, acara ini tidak semata konsen pada perlombaan, adu kreasi, tetapi juga melakukan edukasi kepada peminat sastra Bali agar berani berkarya dan tidak takut menulis.
Sementara itu Sukardi Rinakit menyampaikan apresiasi atas inisiatif Yayasan Puri Kauhan Ubud menyelenggarakan acara ini. Sukardi Rinakit menjelaskan, penulisan karya sastra ibarat meletakkan memori baru ke memori lama.
Melalui penciptaan karya sastra, baik modern maupun klasik sama artinya dengan mencatat sebuah kemajuan. Dalam konteks gering agung COVID-19, karya sastra bisa menjadi pemarisudha, menjadi doa.
Sastra itu adalah doa, doa obat penyembuh yang semoga bisa membantu bangsa kita segera pulih dan bangkit dari pandemi COVID-19.
Dalam workshop pertama dari tiga hari rangkaian workshop, hadir tiga pembicara yaitu I Ketut Sumarta, IGA Darma Putra dan Putu Supartika.
Menjadi pembicara pertama, Ketut Sumarta memberikan motivasi dan tips kepada masyarakat agar tidak takut menulis, karena menulis itu mudah. Menurutnya menulis Bahasa Bali itu semakin menarik, karena bahasa Bali merupakan bahasa sastra, dengan kosa kata yang sangat kaya, sehingga memudahkan berkreasi.
Pembicara kedua, IGA Darma Putra melanjutkan materi dengan materi menulis puisi berbahasa Bali. Ia memulai dengan menekankan pentingnya “kruna” atau “kata”, ejaan serta hal teknis lain yang sering menjadi pertanyaan bagi para sastrawan saat menuliskan karyanya.
Workshop ditutup paparan Putu Supartika, yang membahas penulisan cerpen Berbahasa Bali. Supartika menyampaikan paparan mengenai bagaimana membangun ide, mulai menulis, membangun alur hingga menutup cerita.
Putu Supartika, mengajak peserta untuk melakukan eksplorasi seluas-luasnya terhadap tema lomba: pemarisuddha gering agung, yang disebutkan memiliki sangat banyak sudut pandang yang menarik untuk ditulis.
Acara workhop, Sastra Saraswati Sewana akan dilanjutkan pada tanggal 5 dan 6 Juni dengan bahasan Sastra Bali Klasik. Ngawi geguritan dan ngawi kidung pada tanggal 5 Juni 2021, serta ngawi kekawin dan ngawi satua Bali pada 6 Juni 2021. (Subrata/balipost)