Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pusat melakukan riset indeks kualitas program siaran televisi pada 2021, di Kuta, Jumat (4/6). (BP/edi)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Kualitas siaran televisi memiliki pengaruh besar terhadap penguatan karakter sumber daya manusia (SDM) untuk kemajuan bangsa. Sebagai upaya menilai sajian siaran televisi di daerah dapat mendidik, baik, dan berkualitas, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pusat melakukan riset indeks kualitas program siaran televisi pada 2021, di Kuta, Jumat (4/6).

Riset yang  bekerjasama dengan Universitas Udayana ini melibatkan sejumlah akademisi dan praktisi di Bali. Ada delapan kategori siaran yang diriset, terdiri dari kategori berita, talkshow, infotainment, variety show, sinetron, anak, religi, dan wisata budaya

Baca juga:  Kenali Gejala DB, Jangan Sepelekan Demam!

Komisioner KPI Yuliandre Darwis menerangkan, riset digelar 12 daerah yang bekerjasama dengan universitas setempat. Kegiatan dimulai 27 Mei di Sumatera Utara.

Hasil penelitian di setiap daerah nantinya diharapkan dapat menjadi koreksi terhadap fungsi pemberdayaan lembaga penyiaran televisi untuk membuat program acara yang lebih baik dan lebih berkualitas bagi masyarakat. Riset ini, katanya, sudah berjalan enam tahun belakangan dan melibatkan semua stasiun televisi nasional di Indonesia.

Berdasarkan hasil riset sebelumnya, masih banyak siaran televisi yang bersumber dari media sosial padahal belum tentu akurat. Hal tersebut masih menjadi pekerjaan rumah untuk KPI ke depan.

Baca juga:  Komandan Pangkalan TNI AU Ngurah Rai Tutup TMMD Ke-99

Terkait banyaknya konten medsos yang dijadikan acuan media infotainment untuk sebuah berita, menurutnya Yuliandre memang dampak dari transisi teknologi. Dulu kata dia, setiap berita yang tayang di TV, diambil oleh medsos. Namun sekarang malah berbalik. Yang tayang di medsos lebih cepat dan lebih adaptif, kemudian diambil oleh TV konvensional. “Kami yakin, TV itu mempunyai proses yang sangat komplit. Dari produser sampai evaluator semua ada di sana. Berbeda dengan medsos yang hanya satu orang saja, kemudian dia menarasikan dengan pikiran sesuai sudut pandangnya,” ungkapnya.

Baca juga:  RUU Penyiaran, Ada Dua Isu Masih Diperdebatkan

Untuk itu, ia mengatakan verifikasi pengambilan data di medsos sangat penting untuk TV. Jangan sampai TV terjebak dalam situasi yang kadang baru satu persepsi bukan holistik, tapi sudah ditayangkan.

“Ini menjadi tantangan TV ke depan. Jangan sampai ikut-ikutan TV cepat, bahkan menimbulkan sesuatu yang gaduh,” katanya mengingatkan. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *