DENPASAR, BALIPOST.com – Beberapa asosiasi di Bali seperti HIPMI, GIPI, Asita, Bali MICE Forum, PHRI menyerukan agar Bali segera dibuka untuk wisatawan mancanegara (wisman). Desakan ini menguat bukan tanpa alasan, kondisi Bali darurat secara ekonomi, dan menurut mereka pariwisata adalah satu-satunya yang bisa menyelamatkan ekonomi Bali saat ini.
Menurut Ketua PHRI Badung, Agung Rai Suryawijaya, Minggu (6/6), situasi dan kondisi pandemi COVID-19 ini menyebabkan ekonomi Bali porak-poranda selama hampir 1,5 tahun, dengan pertumbuhan minus. “Kalau Bali ini tidak dilakukan penanganan secara khusus, sampai 2021 kontraksi ekonomi kita akan berlanjut, makanya sangat logis dan wajar sekali industri pariwisata yang sudah kolaps 1 tahun 3 bulan ini untuk mengusulkan agar Bali buka untuk internasional,” ujarnya.
Setahun lebih, masyarakat Bali yang hidup dari pariwisata, tanpa penghasilan. Dampak sosialnya sangat terasa mulai dari pengangguran hingga kemiskinan.
Dikhawatirkan, dampak sosial lainnya juga semakin parah. Maka dari itu, dengan melihat perkembangan kasus COVID-19 yang terkendali, dengan jumlah kasus harian turun hanya dua digit, kasus kematian juga menurun, sedangkan recovery atau angka kesembuhan meningkat, desakan untuk buka border internasional makin mengemuka. Ia mengatakan keinginan membuka pariwisata untuk wisman telah dipikirkan secara matang, tanpa mengabaikan kesehatan.
Ia menyebut anggota PHRI Badung pun telah 70 persen disertifikasi dan menyatakan siap menerima tamu dengan era new normal. Jika Juni sudah membaik, Juli ini harus ada langkah berani untuk membuka, karena dengan wisatawan domestik (wisdom), kontribusi 7.000 – 9.000 per hari, baru bisa mengisi tingkat hunian hotel 10 persen.
Ditambah dengan adanya Work From Bali (WFB) diperkirakan akan bisa menambah hunian lagi 5 persen. “Tingkat okupansi ini jauh dari yang kita harapkan, maka dari itu internasional border segera harus dibuka tentu dengan persyaratan dan prokes yang ketat,” ujarnya.
Untuk mengatasi masalah krisis di Bali karena berturut-turut berkontraksi. Sementara pariwisata menjadi andalan, tidak ada jawaban lain selain membuka pariwisata internasional, sehingga minimal ada penambahan isian kamar dari wisman.
Jika alasan negara lain belum tentu buka atau mengizinkan warga negaranya bepergian ke luar negeri, ia menilai beberapa negara kondisinya sudah membaik. Seperti, Amerika, Rusia, Ukraina, Belanda, Singapura, Tiongkok, Korea, dan Dubai.
Sejumlah negara ini akan memberikan kontribusi pada Bali khususnya, misalnya dalam 1 hari ada 250 orang saja bepergian dalam 1 pesawat, akan menambah seribu wisman. Dengan seribu wisman dan lenght of stay 2 minggu sampai 1 bulan, akan menghidupkan ekonomi Bali. (Citta Maya/balipost)