DENPASAR, BALIPOST.com – Selama setahun lebih siswa dan mahasiswa belajar di rumah, banyak kalangan berpendapat bahwa tingkat kecerdasan pelajar sangat menurun dibandingkan saat pembelajaran tatap muka (PTM). Tidak hanya soal kecerdasan, karena pelajar dominan memegang ponsel, mereka cenderung bermain game online.
Atas efek tersebut, penolakan terhadap game online sudah mulai disuarakan orangtua ke Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo RI).
Dari sisi hukum, Putu Maya Arsanti, menilai bahwa game online berefek sangat negatif. Praktisi hukum ini mengungkapkan ada beberapa kasus yang melibatkan anak dilatarbelakangi game online.
Misalnya melakukan pencurian. “Saya melihat game online sangat mengganggu tumbuh kembang pendidikan siswa. Contohnya siswa yang ditanya siapa Menteri Pendidikan, mereka banyak tidak tahu. Mereka tidak hafal Pancasila dan tidak tahu logo Tut Wuri Handayani. Bahkan, ada yang tidak tahu singkatan SD, SMP SMA,” kata Maya.
Atas dasar itu, dia setuju pemerintah memblok game online. Sebaliknya, generasi muda perlu ditekankan agar mencintai olahraga dan kesenian serta adat dan budaya di daerah mereka masing-masing. Sehingga mereka punya bekal untuk masa depan, menjadi generasi yang cerdas, mandiri dan mencintai lokal genius di daerah masing masing. (Miasa/balipost)