MANGUPURA, BALIPOST.com – Video pesta seks yang dibuat di salah satu villa di Jalan Umalas, Kerobokan Kelod, Badung, mengudang perhatian wakil rakyat di DPRD Badung. Pasalnya, video yang sempat viral di media sosial ini telah mencoreng citra pariwisata Badung.
Legislator di Gumi Keris pun meminta eksekutif memerintahkan jajaranya untuk melakukan pengawasan terhadap privat akomodasi, seperti vila, cotage dan lainnya. Sehingga hal serupa tidak terulang kembali. “Kejadian ini bukan yang pertama di Bali, khususnya Badung, dan tentu merusak citra pariwisata, lebih-lebih kita belum buka sudah ada kejadian yang di luar norma. Dulu wisatawan mukul terapis, sekarang video porno. Untuk itu, kami minta pemerintah memerintahkan bawahannya melakukan pengawasan private akomodasi yang ada di lingkunganya,” ungkap Ketua DPRD Badung, Putu Parwata, Senin (7/6).
Menurut politisi asal Dalung, Kuta Utara ini, kasus video asusila yang dibuat wisatawan saat menginap di villa tidak terlepas dari kurangnya pengawasan di lapangan. Terlebih banyak rumah mewah yang dioperasionalkan layaknya vila dengan biaya yang terjangkau. “Bisa saja rumah mewah disewakan kepada wisatawan, tidak ada manajemen, apalagi security sehingga wisatawan bebas berbuat sekehendak mereka, tapi inilah bagian dari bisnis. Karena itu perlu pengawasan, pembinaan terus menerus dan yang terpenting perangkat desa harus tahu aktivitas yang ada di lingkungannya. Seperti ada villa ada tamunya yang menginap, model-model seperti ini harus diawasi,” jelasnya.
Tak dapat dipungkiri, pada 2021 ini sudah ada dua kasus asusila yang dilakukan di wilayah Kabupaten Badung. Pertama saat seorang bule berbadan gempal memukul seorang wanita Terapis Spa lantaran tak mau melayaninya berhubungan seks. Kemudian beberapa hari lalu beredar video pesta seks yang diperankan empat WNA dan seorang cewek lokal.
Dikonfirmasi terpisah, Lurah Kerobokan Kelod Made Wistawan menyatakan, sangat menyesali perbuatan yang sampai merusak nama Kerobokan Kelod. Pihaknya juga menyatakan sangat dirugikan akan adanya video tersebut. “Yang sangat saya sayangkan mereka sampai membuat video dan disebarluaskan, apalagi anak-anak di bawah umur dapat melihat video itu sangat disayangkan dan dapat membawa dampak negatif. Takutnya mereka mencontoh perbuatan tersebut,” jelasnya.
Lebih lanjut Wistawan menerangkan, perbuatan tersebut sulit untuk diantisipasi. Lantaran kegiatan penyewa villa tidak dapat dipantau secara langsung karena bersifat privasi. “Selama ini kami tidak mengetahui kegiatan penyewa villa. Apapun yang dilakukan tamu atau penyewa itu kan haknya dia,” katanya. (Parwata/balipost)