NEGARA, BALIPOST.com – Dukungan Bupati Jembrana, I Nengah Tamba, terhadap komunitas kreatif dan UKM diwujudkan dengan jalinan kerjasama berbagai pihak. Menjadikan Jembrana sebagai salah satu kota kreatif, Bupati menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Ketua Indonesia Creative Cities Network (ICCN), Tb. Fiki Satari di Griya Bimasakti Denpasar, Senin (7/6) malam.
Penandatanganan MoU disaksikan langsung Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki. Acara dirangkai dengan pengukuhan pengurus ekonomi kreatif Jembrana.
Sebagai Ketua Umum Komite Inovasi dan Ekonomi Kreatif, I Gede Ngurah Patriana Krisna, yang juga Wakil Bupati Jembrana. Tampak juga hadir, Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Bali Trisno Nugroho, Kepala Dinas Koperasi UKM Provinsi Bali Wayan Mardiana, Wakil Ketua DPRD Jembrana I Wayan Suardika serta pelaku UKM Ekonomi kreatif Kabupaten Jembrana.
Bupati Tamba mengatakan, melalui MoU akan terbentuk kerjasama saling mendukung dalam rangka pengembangan potensi ekonomi kreatif serta tata kelola ekosistem ekonomi digital. Tujuannya jelas, sebut Bupati Tamba, untuk mewujudkan Jembrana sebagai salah satu kota kreatif di Indonesia.
Orang nomor satu di Kabupaten Jembrana ini juga menambahkan, dalam rangka mendukung ekonomi kreatif tersebut, setidaknya terdapat beberapa sektor unggulan daerah. “Selain perkebunan dengan komoditas unggulan kakao, potensi kami juga di perikanan, kelautan, kuliner serta hasil pertanian lainnya,” sambungnya.
Situasi Pandemi COVID-19 disadari betul Bupati, menghadirkan sejumlah tantangan. Kondisi itu, kata Tamba memaksa semua pihak bekerja lebih kreatif, inovatif menciptakan sesuatu. “Dari sisi SDM, kita memiliki anak-anak muda berbakat. Mereka juga berangkat dari pengalaman kerja di beberapa perusahaan. Karena situasi pandemi, anak-anak kami terpaksa pulang kampung. Namun momentum itu justru melatih mereka jadi tambah kreatif,” ujarnya.
Dicontohkannya, sudah tumbuh Pokdarwis dengan beragam usaha. Pelaku UKM dari kelompok muda juga muncul. “Meski masih perlu digarap lagi, tapi paling tidak, sudah ada kegiatan dan menghasilkan. Tinggal bagaimana memaksimalkan, karena pasar itu harus dikejar,” papar tamba.
Bupati Tamba sepakat untuk bisa bertahan di tengah pandemi ini, digitalisasi adalah jawabannya.
Ia berharap Menkop dan UKM turun langsung ke Jembrana, melihat potensi maupun kekurangan serta bersinergi menghadapi tantangan yang dirasakan pelaku UKM. “Tantangan kami saat ini kurangnya modal dan terbatasnya pasar. Meski demand (permintaan) banyak, tapi tidak diimbangi dengan supply (barang disediakan) yang masih kurang. Gagasan kami, melalui penerapan digital marketing ini sehingga jelas pasar yang hendak dituju. Kalau hanya terbatas di lokal Jembrana dan Bali saja, jelas produk yang dihasilkan UMKM kami tidak akan sampai,” beber Tamba .
Sementara Teten mengatakan sebagai daerah yang mengandalkan sektor pariwisata, Bali mengalami dampak ekonomi yang sangat besar akibat pandemi COVID-19. Datu cara menghidupkan ekonomi di Bali adalah dengan memaksimalkan potensi UMKM di sektor ekonomi kreatif. “Bali merupakan gudangnya kreatifitas yang memiliki akses global. Kewajiban kita untuk membantu perekonomian Pulau Dewata ini untuk bangkit,” tandasnya.
Khusus di Jembrana, Ia menyebut kakao adalah sektor unggulan. Bahkan dari kunjungannya ke beberapa daerah, kakao terbaik di Indonesia itu Kakao Jembrana.
Produknya pun sudah dikemas hingga ke buyer dan tidak kalah dengan produk negara-negara Eropa. Keunggulan lainnya, kakao Jembrana lebih fresh karena mengambil langsung dari petani.
Hanya saja, kata Teten, kelemahan itu pasti masih ada. “Masih sulit menjamin kualitas seluruhnya produk sama karena pengolahannya di tiap tempat pasti beda-beda. Momentum pandemi ini adalah tantangan, jadi harus berbenah,” sebutnya.
Teten mendorong kakao Jembrana mampu masuk industri pengolahan kakao secara digital. Dengan demikian pasar akan terbuka, produk harus unggul dan memiliki daya saing agar UMKM itu bisa masuk pasar industri.
Sementara petani kakao, bisa langsung terhubung dengan pabrik pengolahan kakao. “Saya kira kebijakan pengembangan UMKM di Jembrana sudah tepat. Tadi kita sudah bicara soal kebijakan perbaikan ekosistem UMKM. Mulai dari kkemudahan perijinan ,akses pengembngan kewirausahaan, akses pembiayaan sampai ke market. Akses dari hulu ke hilir inilah nanti kita sama-sama benahi,” jelasnya. (Adv/balipost)