Seniman sedang menggelar gladi bersih pembukaan PKB XLIII yang akan dilangsungkan Sabtu (12/6). (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pembukaan PKB XLIII Tahun 2021 yang digelar secara hybrid akan menampilkan rekasadana (pergelaran) Sendratari “Wreksa Kastuba” garapan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Sendratari yang berdurasi 40 menit ini akan dipentaskan secara langsung di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Art Center Denpasar.

Pementasan juga ditayangkan secara live di media TV dan media sosial milik Pemprov Bali dan Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali.

Art Director Sendratari “Wreksa Kastuba”, Dr. I Gusti Putu Sudarta, S.SP.,M.Sn., mengatakan karya cipta “Wreksa Kastuba” merupakan interpretasi tema PKB XLIII tahun 2021 “Purna Jiwa: Prananing Wana Kerthi (Jiwa Paripurna Nafas Pohon Kehidupan). Garapan sendratari mengangkat kehidupan Japatuan, yang mengutamakan fungsi dan peranan tumbuh-tumbuhan di dalam jiwanya dan bagi kehidupan manusia di alam semesta.

Baca juga:  Polisi Temukan Pelayan Kafe Diduga Positif Konsumsi Narkotika

“Banyak nilai yang bisa dipetik dan disampaikan kepada masyarakat dalam garapan ini, terutama tentang pengembaraan ke dalam diri yang melampaui lapisan-lapisan kesadaran yang ada di dalam diri, lapisan tubuh, lapisan fisik, lapisan mental sampai menemukan sesuatu yang hakiki, spiritualitas,” ungkap Putu Sudarta, di sela-sela gladi bersih pembukaan PKB XLIII di Gedung Ksirarnawa, Jumat (11/6).

Dikatakan, karya seni pertunjukan inovatif berbasis ko-kreasi ini merupakan hasil kontribusi dari berbagai bidang seni melalui kerja kolaborasi dengan media virtual (LED). Terwujudnya pertunjukan inovatif ini, didukung oleh Sanggar Seni Karawitan Bungan Dedari bekerjasama dengan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar.

Baca juga:  Jadi Duta Kabupaten Klungkung, Desa Kamasan Dinilai Tim Provinsi

Kisah Sendratari “Wreksa Kastuba” ini dibagi dalam 3 babak. Pertama, tentang kisah kehidupan Japatuan yang kehilangan istrinya, yaitu Ratnaningrat yang tiba-tiba meninggal.

Kemudian babak kedua, Japatuan memulai pengembaraannya untuk mencari istrinya hingga ke Surga. Dalam pengembaraannya ini banyak pengelaman yang didapat. Mulai belajar ilmu kemoksan dari para Rsi yang ahli Weda, bagaimana menyayangi lingkungan sekitar, hingga mengerti bahwa dalam hidup ini saling bergantungan satu sama lain. Dengan pengetahuan yang didapatkannya itu, hingga sampai pada babak akhirnya dia menemukan istrinya di Surga.

Baca juga:  Seni Virtual Menjadi Genre Baru di Masa Pandemi dan Mendatang

“Dari kisah sendratari inilah kita mesti belajar bahwa menyayangi alam semesta adalah menyayangi diri kita sendiri, karena apa yang ada di alam semestar ini ada dalam tubuh manusia. Sehingga kita harus peduli terhadap pohon dan kehidupan alam lainnya selain kepada kehidupan manusia itu sendiri. Karena tidak ada dalam kehidupan di dunia ini kita hidup sendiri-sendiri, semua saling bergantungan dan saling mensuport, karena satu tidak seimbang akan menjadi bencana untuk semua,” pungkasnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *