Penampilan Sekaa Jegog Mebarung Duta Kabupaten Jembrana di PKB XLIII, Senin (14/6) malam. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Seekor burung jalak putih dengan warnanya yang indah, sifat dan karakteristik burung yang kadang hinggap di pepohonan dengan loncat ke atas, ke bawah ke samping serasa tanpa batas. Gambaran satua yang dilindungi tersebut, dituangkan apik dan khas dalam garapan Tabuh Petegak Jegog mebarung yang menampilkan Sekaa Dau Mekar Desa  Manistutu dan Yayasan Kesenian Jegog, Duta Kabupaten Jembrana dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII di Gedung Nawanatya, Kampus ISI Denpasar.

Meski pementasan Jegog Mebarung disiarkan secara daring melalui Chanel YouTube Disbud Provinsi Bali, Senin (14/6) malam, jegog tetap diminati di dunia maya. Animo penikmat seni jegog secara daring cukup antusias.

Baca juga:  Tancapkan Kayonan, Presiden Jokowi Buka PKB XLIII Secara Virtual

Diamati secara langsung di kanal YouTube Disbud Provinsi Bali, pagelaran seni jegog mebarung ini sukses membius penonton di rumah dengan menembus angka 400 orang lebih.

Penampilan kedua duta kesenian asal Jembrana itu masing-masing membawa tiga garapan tabuh dan tarian. Yakni, tabuh Truntungan berjudul Ngelangun Semeng, kemudian Tabuh Petegak Jalak Putih dan Tari Makepung.

Sebagai sajian pamungkas, suara gemuruh kedua jegog saling bersahutan dan menggema di Panggung Natya Mandala. Penampilan garapan seni jegog duta seni Jembrana ini sejalan dengan konsep PKB yang mengangkat tema PKB ke 43 mengangkat tema “Purna Jiwa: Prananing Wana Kerthi (Jiwa Paripurna Napas Pohon Kehidupan)”.

Baca juga:  Diumumkan, Pemenang Kontes Modifikasi Online Customaxi di Bali

Koordinator Sekaa Jegog Dau Mekar, I Ketut Suarda, mengungkapkan nama Dau merupakan nama pohon di hutan yang mempunyai bunga yang mekar di musim kemarau. “Dari pohon dau inilah betapa indahnya hidup kita, dan melalui  karya tabuh teruntungan ini senantiasa bisa bersinergi sesama sekaa Jegog yang ada di Jembrana,” ungkap Ketut Suarda.

Kendati pemanggungan pentas seni Jegog berlangsung secara daring dan luring, dengan keterbatasan jumlah pengunjung, namun dikatakan semangat seniman mewarisi karya seni yang sangat mendunia ini tetap terjaga. “Konsepnya jegog sangat khas, sangat dekat dengan atmosfir alam, pertanian, kehidupan pedesaan dimana penabuhnya yang selalu tampil energik, menampilkan karya -karyanya di berbagai kancah tak terkecuali di panggung PKB tahun ini dalam suasana keterbatasan,” tandas Kadek Wahyudita selaku Tim Kreatif. (Winatha/balipost)

Baca juga:  PKB XLIII Ditutup, Ini Tema PKB Tahun Depan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *