JAKARTA, BALIPOST.com – Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2021 kembali mengalami surplus 2,36 miliar dolar AS dengan nilai total ekspor sebesar 16,60 miliar dolar AS dan impor 14,23 miliar dolar AS, sehingga surplus neraca perdagangan RI pada Mei menjadi yang tertinggi selama 2021.
“Kalau kita lihat pergerakan neraca perdagangan mulai Januari sampai dengan Mei 2021, berarti surplus perdagangan Indonesia merupakan yang tertinggi selama 2021. Selain itu artinya Indonesia mengalami surplus perdagangan sebanyak 13 bulan berturut-turut, dan ini patut diapresiasi,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (15/6).
Suhariyanto memaparkan komoditas penyumbang surplus terbesar berasal dari lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, dan besi baja. Dengan performa ekspor-impor pada Januari-Mei 2021 yang menjanjikan, Suhariyanto mengingatkan agar Indonesia perlu tetap waspada, mengingat masih terdapat risiko terbesar yang membayangi yakni pandemi COVID-19.
“Kita melihat tren jumlah yang terkena kasus COVID-19 selama seminggu terakhir ini meningkat. Dan di India tren pandeminya agak merajalela, sehingga itu juga berpengaruh,” ujar Suhariyanto.
Untuk itu ia berharap agar program vaksinasi dapat berjalan lancar, dibarengi dengan ketatnya pelaksanaan protokol kesehatan, sehingga COVID-19 dapat segera menghilang dari Tanah Air. “Dengan begitu akan menumbuhkan kepercayaan diri kepada dunia usaha, sehingga perekonomian dapat kembali pulih,” ujar Suhariyanto.
Perdagangan Indonesia mengalami surplus dengan beberapa negara pada Mei 2021 yakni dengan Amerika Serikat surplus 1 miliar dolar AS, Filipina surplus 539 juta dolar AS, dan dengan Malaysia 444,2 juta dolar AS.
Sedangkan perdagangan dengan beberapa negara masih mengalami defisit, di antaranya dengan China yang defisit 512,5 juta dolar AS, Australia defisit 332,6 juta dolar AS, dan dengan Korea Selatan defisit 185,5 juta dolar AS.
Dengan demikian total neraca perdagangan RI sejak Januari-Mei 2021 mengalami surplus 10,17 miliar dolar AS. Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan surplus neraca perdagangan pada periode yang sama di tahun 2020 yang angkanya 4,18 miliar dolar AS. (Kmb/Balipost)