Jembatan jalur evakuasi di Desa Adat Bukit Galah sedang dibangun. Ditargetkan dalam sebulan ke depan, jembatan ini sudah rampung. (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Pembangunan proyek jembatan penghubung jalur evakuasi erupsi Gunung Agung TNI Manunggal Membangun Desa. (TMMD) ke-111 yang ada di Desa Adat Bukit Galah, Banjar Dinas Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem telah mencapai 72 persen. Pembangunan jembatan ini, bakal dilakukan selama satu bulan ke depan.

Dandim 1623/Karangasem, Letkol Inf Bima Santosa, mengungkapkan, pelaksanaan TMMD dimulai hari ini sampai 30 hari ke depan. Dan sebelumnya, pihaknya telah melakukan pra TMMD terkait masalah pembangunan jembatan ini. “Capaian pengerjaan jembatan sejauh ini telah 72 persen. Kita harap dalam kurun waktu yang diberikan pengerjaan bisa diselesaikan tepat waktu,” ucapnya di sela-sela Pembukaan TMMD K-111 pada Selasa (15/6).

Baca juga:  Desa Adat Bukit Galah Lestarikan Tradisi Patus

Bima Santosa, mengungkapkan, dalam proses pembangunan pihaknya menemukan sedikit kendala atau hambatan, yakni masalah cuaca. Pasalnya, pembangunan jembatan ini ada di aliran sungai.

Apabila, turun hujan di lereng Gunung Agung maka aliran air akan besar, maka dapat menghambat kerja. Termasuk, material pasir maupun batu juga akan menimbun senderan jembatan.

Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Artha Dipa, menjelaskan, pihaknya berterima kasih dengan adanya pembangunan jembatan di Desa Adat Bukit Galah ini. Karena jembatan ini sangat diharapkan warga setempat.

Baca juga:  Soal Penghentian Aktivitas oleh Desa Adat Kesiman, Ini Penjelasan Ashram Krishna Balaram

Pasalnya, jembatan itu ada di perbatasan Selat dengan Bebandem yang menghubungkan antara Dusun Yeh Kori dengan Dusun Bukit Galah. Selian itu juga, jembatan itu merupakan jalur evakuasi ketika Gunung Agung erupsi pada 2017, termasuk akses perekonomian masyarakat untuk menjual hasil pertanian.

Bendesa Adat Bukit Galah, I Putu Suyasa, menjelaskan, pihaknya sangat berterima kasih kepada TNI terkait pembangunan jembatan ini. Karena, jembatan ini memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena merupakan akses untuk pendidikan, jalur evakuasi saat Gunung Agung erupsi serta akses perekonomian warga.

Baca juga:  Inflasi Bali Terus Naik, Konsumsi Masyarakat Terganggu

Mengingat, sebelumnya jembatan ini merupakan jembatan darurat menggunakan bahan bambu dan kayu yang dibuat oleh masyarakat. Dan bila hujan lebat, jembatan hilang terbawa arus besar. “Akses jalan ini dimanfaatkan sebanyak 125 KK. Jalan ini juga dilewati oleh anak-anak untuk bersekolah di wilayah Bebandem. Begitu juga, ini akses perekonomian warga karena semua hasil kebun yang dihasilkan warga di jual di pasar Bebandem,” jelas Putu Suyasa. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *