dr. Anthony Fauci, direktur National Institute of Allergy and Infectius Diseases, bersiap untuk menerima dosis pertama vaksin baru Moderna COVID-190 di National Institute of Health, di Bethesda, Amerika Serikat, Selasa (22/12). (BP/Ant)

WASHINGTON, BALIPOST.com – Para peneliti dari Institut Kesehatan Nasional (NIH) Amerika Serikat menganalisis lebih dari 24.000 simpanan sampel darah dari seluruh 50 negara bagian AS antara 2 Januari sampai 18 Maret 2020. Hasil studi menunjukan bahwa infeksi SARS-CoV-2 terjadi di Amerika Serikat lebih awal dari yang dilaporkan sebelumnya.

Para peneliti dari Institut Kesehatan Nasional (NIH) Amerika Serikat menganalisis lebih dari 24.000 simpanan sampel darah dari seluruh 50 negara bagian AS antara 2 Januari sampai 18 Maret 2020. Mereka menemukan antibodi terhadap SARS-CoV-2 menggunakan dua tes serologi yang berbeda pada sampel sembilan partisipan.

Baca juga:  Agar Tak Tertinggal, Koperasi Harus Paham Teknologi Digital

Tujuh dari sampel itu seropositif sebelum kasus pertama terkonfirmasi di Negara Bagian Illinois, Massachusetts, Wisconsin, Pennsylvania, dan Mississippi, menurut studi yang dipublikasi oleh jurnal Penyakit Menular Klinis, sebagaimana dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (17/6).

Studi tersebut merupakan yang terbaru yang menunjukkan bahwa virus corona pertama kali muncul di Amerika Serikat lebih awal dari yang diketahui sebelumnya. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *