GIANYAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 tak menyurutkan semangat para perupa berkarya. Pameran karya pun terus digelar, seperti dilakukan para perupa Militan Art di Gajah Mas Gallery, Pengosekan, Ubud Gianyar bertema ‘’IN-Between.’’
Protokol kesehatan (prokes) COVID-19 tetap menjadi perhatian dalam pameran yang digelar selama sebulan, dibuka Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. Wayan “Kun” Adnyana, Sabtu (19/6). Para perupa Militan Art yang pameran yakni Diwarupa, I Nyoman Sujana Kenyem, I Ketut Putrayasa, I Ketut Suasana Kabul, Wayan Suastama, Dastra Wayan, I Gede Adi Godel, I Made Wiradana, Pande Paramartha, I Gusti Buda, Romi, Agus Dangap Murdika, Deko, I Made Gunawan, Lekung Sugantika, Anthok, Atmi Kristiadewi, Galung Wiratmaja, Loka suara, Ngurah Paramartha, Ketut Teja Astawa, Duatmika, Dollar Astawa, Putu Bonuz, dan DJ Pande.
Menarik, selain karya dua dimensi, ada perupa yang menyajikan karya trimatra yakni Ketut Putrayasa, M.Sn. Ia menghadirkan karya instalasi dari medium tanah liat dan air yang dibekukan (es balok) yang berjudul “Ubud is Winter – 10 Degree Celcius”.
Rektor ISI Denpasar Prof. Wayan Kun Adnyana menyampaikan, Militan Art memegang teguh konsistensi, tidak saja kreativitas seni para personal perupa yang tergabung dalam grup ini, tetapi juga sangat progresif dalam menjelajah dan mengeksplorasi ruang-ruang publik, dan soal-soal lingkungan hidup. Militan Art menjadi kelompok perupa yang mewadahi keterjagaan kreativitas anggotanya, sekaligus secara aktif menggandeng pelibatan publik.
Mantan Kadisbud ini menegaskan, komunitas atau pun kelompok seni hari ini yang mendapat apresiasi memang yang mencurahkan perhatian pada partisipasi publik, bukan lagi kelompok yang semata berurusan dengan keterampilan kreatif. “Hal progresif telah dilakukan MilitanArt, layak diberi apresiasi sebagai motivasi untuk semakin maju dan kreatif, ” ujar Prof. Kun.
Kurator pameran I Wayan Arsana mengatakan, bencana global pandemi adalah ujian untuk peradaban bangsa manusia, suatu problem yang dialami, dirasakan, dan menguras energi peradaban. Seluruh modal sosial bahkan spiritual dipertaruhkan guna memitigasi dampak infeksi dari “monster gaib”, COVID-19, namun kondisi chaos toh tak terhindarkan.
Kegamangan, keraguan, kebenaran, konspirasi, dan kuasa alam ihwal adanya Covid-19 campur aduk dengan ragam reaksi, solidaritas global, keprihatinan dan duka kemanusiaan. Menjadi bagian dari persoalan yang ada, kelompok perupa Militant Art tergugat untuk bereaksi terhadap persoalan yang ada, dengan menggelar pameran bersama bertajuk, “IN-Between”.
IN-Between penekanannya utamanya pada upaya membangun solidaritas mental, menyegarkan kimiawi otak dari mental down syndrome. Suatu ajakan untuk move on menuju harapan baru. (Subrata/balipost)