BANDUNG, BALIPOST.com – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau Kang Emil menyebutkan varian COVID-19 Delta telah ditemukan di wilayah Jabar. “Berita paling baru, paling penting hari ini adalah varian delta sudah hadir di Jabar,” kata Kang Emil seusai Rapat Komite Percepatan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah yang dilakukan secara daring, di Bandung, Senin (21/6).
Dikutip dari Kantor Berita Antara, ia mengatakan varian Delta yang pertama kali ditemukan di India ini ada di Kabupaten Karawang dan Kota Depok. Temuan tersebut berdasarkan hasil kajian genome sequencing yang dilakukan Labkesda Jabar dan ITB.
Dengan adanya temuan tersebut, kata Kang Emil, menandakan bahwa varian ini penularannya lebih cepat dari varian sebelumnya. “Mudah-mudahan dengan berita ini kita tingkatkan kewaspadaan kita. Mohon disampaikan kepada masyarakat dengan kehadiran varian delta di Jabar prokes 5M ditingkatkan lagi,” kata dia.
Pada kesempatan tersebut, Kang Emil mengatakan secara umum terjadi kenaikan angka penggunaan tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) untuk pasien COVID-19 di wilayah Jabat. Saat ini ada di angka 84 persen.
“Hari ini memastikan seluruh daerah memiliki 30 persen jatah untuk tempat tidur (pasien) COVID dari 100 persen tempat tidur untuk pasien umum. Jika 30 persen penuh, tolong dinaikkan ke 40 persen, dan jika 40 persen sudah penuh tolong dinaikkan ke 60 persen,” kata dia
Kang Emil mengatakan jika ada satu daerah seluruh tempat tidurnya sudah mendekati 60 persen untuk pasien COVID-19 maka penanganan ruang isolasi secepatnya harus dilakukan. “Sekarang dipersiapkan mengkonversi hotel, apartemen sebagai tempat isolasi dan rumah sakit darurat dalam bentuk tenda militer di lahan TNI Polri yang sudah dikoordinasikan. Minggu ini juga kita dengan anggaran APBD mencari relawan medis sebanyak 400 orang sudah diumumkan,” kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan secara umum kematian pasien COVID-19 di Jabar masih terkendali. Ada di angka 1.3 persen walaupun kasus aktif meningkat dan juga keterbatasan pengetesan masih terus diupayakan.
“Penguatan di level puskesmas kita tingkatkan. Sehingga yang masuk rumah sakit pasien yang bergejala berat dan sangat berat. Kalau gejala ringan dan sedang cukup dirawat di puskesmas, di area isolasi di desa kelurahan yang sudah dibiayai dana desa,” kata dia. (kmb/balipost)