MANGUPURA, BALIPOST.com – Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Bali menggelar acara seminar hasil riset lapangan atau destination field research (DFR) 2021 pada Selasa (22/6). Judul riset yang disajikan, CHSE Ready: Kesiapan Destinasi Super Prioritas Labuan Bajo dalam Menerima Kunjungan Wisatawan di Masa Normal Baru.
Seminar berlangsung secara hybrid yaitu offline dan online. Secara offline, seminar diikuti mahasiswa, dosen, perwakilan DPD Asita Bali, perwakilan BTB, perwakilan Dinas Pariwisata Provinsi Bali dengan mengikuti protokol kesehatan.
Ketua Program Studi (Prodi) Destinasi Pariwisata Poltekpar Bali Anom Hery Suasapha menjelaskan, penerapan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safe, Environment Sustainability) pada industri pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat merupakan upaya meyakinkan wisatawan berwisata di destinasi pariwisata super prioritas Labuan Bajo. Dari hasil riset, industri hotel memiliki tingkat kesiapan sebesar 19 persen.
Sedangkan homestay atau pondok wisata memiliki tingkat kesiapan sebesar 75 persen, restoran di hotel sebesar 11 persen, dan kapal wisata sebanyak 20 persen. Untuk rumah makan, restoran, cafe, dan industri MICE belum memiliki kesiapan menerapkan CHSE.
Dari sisi persepsi wisatawan, lanjutnya, secara garis besar Labuan Bajo dinyatakan 36,11 persen siap menerapkan CHSE. Tingkat harapan wisatawan lebih tinggi dari kesiapan destinasi dan stakeholder.
Dari sisi kesiapan masyarakat dalam menerapkan CHSE, tergolong siap. Walaupun ada beberapa indikator yang masih perlu diterapkan lebih baik.
Namun terlihat masyarakat pekerja pariwisata dan non pariwisata telah menerapkan sebagian besar indikator di masing-masing variabel CHSE dengan baik.
Direktur Poltekpar Bali Drs. Ida Bagus Putu Puja, M. Kes., mengatakan, pemerintah bisa membuka kembali pariwisata di normal baru dengan meng-grab minat wisatawan domestik melalui penerapan CHSE dan prokes ketat. Upaya Kemenparekraf ini bertujuan agar sektor pariwisata tetap berjalan di masa pandemi.
Poltekpar Bali dikatakan mendapat bagian mendampingi Labuan Bajo karena berdasarkan rekomendasi Kemenpar. Selain itu, karena destinasi itu termasuk super premium. “Kami dari akademisi memberikan suatu rekomendasi karena kita melakukan kajian-kajian dengan melihat dari situasi yang ada di lapangan. Akhirnya kita akan memberikan suatu rekomendasi terutama kepada pemerintah daerah yang ada disana, yang lebih banyak akan berperan disana,” ujarnya.
Ia berharap dengan situasi pandemi COVID-19, masyarakat bisa beradaptasi dengan menerapkan CHSE. Kedua, harus ada inovasi-inovasi baru untuk menghadapi tantangan, baik di industri, maupun dari pemerintahan. Perlu kolaborasi dengan Penthahelix yaitu dari akademisi, komunitas, pemerintah, industri, dan media. (Adv/balipost)