DENPASAR, BALIPOST.com – Sejumlah asosiasi dan pelaku pariwisata Bali membantah program Work From Bali (WFB) menjadi pemicu lonajak kasus COVID-19 di Bali dalam beberapa hari terakhir ini. Mereka pun meminta agar data COVID-19 dibuka dan tidak dipolitisasi.
Menurut Ketua Bali Tourism Board/GIPI Bali, Ida Bagus Partha Adnyana, Selasa (22/6), dalam rilis yang diterima, dalam situasi pandemi hal seperti ini sangat normal terjadi. “Kadaan akan naik turun sampai herd immunity terbentuk, jangan terlalu berlebihan. Saya berbicara dengan data dan fakta di lapangan, bahwa 3 green zone (Sanur, Ubud, Nusa Dua) sebagai rujukan tempat WFB masih sangat terkendali,” kata pria yang akrab dipanggil dengan Gus Agung ini.
Ia mengatakan dalam situasi saat ini, masyarakat justru harus bersatu. “Kalau memang ada yang sakit saat bekerja di sini, kita rawat saja. Semua sudah kita siapkan mekanismenya,” tandas Gus Agung yang didampingi Public & Media Relations Bali Tourism Board, Grace Jeanie.
Gus Agung mengajak masyarakat dan semua stakeholder pariwisata untuk tetap bergandengan tangan serta menciptakan situasi yang kondusif. Ia menyambut berjalannya program Work from Bali dengan protocol kesehatan yang ketat dalam pelaksanaan dan pengawasannya.
Ketua ASITA Bali, Ketut Ardana juga menyampaikan hal yang sama. Ia kurang setuju jika ada pernyataan yang menyatakan bahwa program WFB adalah penyumbang kenaikan COVID-19. “Work from Bali ini satu program yang menarik. Menurut kami dari ASITA sepanjang Prokes dilakukan dengan ketat dan tegas seharusnya bukan PPDN ini menjadi pemicu lonjakan COVID-19 karena yang datang itu adalah orang-orang sehat,” ujarnya.
Ia mengatakan masyarakat Bali relatif sangat tertib dalam menjalankan prokes. “Kami berharap WFB bisa berjalan dengan baik. Saat ini ada 400 anggota kami, tentunya pasti akan berdampak bagi anggota kami juga. Pasti ada pemesanan tiket, hotel dan lainnya,” tandasnya.
Ketua Angkutan Pariwisata Bali, I Nyoman Sudiartha mengatakan pihaknya memiliki anggota 150 pengusaha, dengan 2.000 unit armada dan menyerap 6.000 pekerja. Adanya pernyataan bahwa WFB menjadi penyebab lonjakan COVID-19 sangat merugikan. “Ini sangat merugikan kami, yang selama ini berharap pariwisata bisa di buka kembali. Kami minta data COVID-19 dibuka saja, karena kami sudah melakukan prokes seketat-ketatnya. Apa benar karena WFB? WFB ini sangat membantu pariwsata Bali meskipun volumenya masih kecil saat ini,” cetusnya.
Keraguan terhadap pernyataan tersebut juga disampaikan oleh Bayu Adisastra pengusaha hotel dan pusat perbelanjaan di Bali. Menurut Bayu ada yang kurang pas dengan pernyataan tersebut. (kmb/balipost)