Prof. Sri Darma. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pemerintah diharapkan berhati-hati membuka kunjungan ke Bali, baik dari kunjungan internasional maupun dalam negeri. Sebab, menurut Guru Besar Ekonomi Universitas Pendidkan Nasional, Prof. Gede Sri Darma, Selasa (22/6), kesehatan masyarakat dipertaruhkan.

“Lebih baik jangan bukalah, jangan lagi bermimpi mendatangkan wisatawan. Masyarakat yang sudah patuh atau taat prokes di Bali dan divaksin sudah, namun tetap kena gara-gara datang virus baru, akan menjadi kelelahan juga,” ujarnya.

Menurutnya, jika pariwisata ingin dibuka untuk internasional, harus ketat proses masuknya, walaupun hanya dari 4 negara. Bahkan, ia menilai wisatawan yang datang itu belum tentu membawa uang mengingat situasi ekonomi dunia yang sedang turun.

Baca juga:  Tolak Reklamasi Teluk Benoa, Pemuda Intaran Kobarkan Semangat Puputan

Sri Darma mengatakan, ekonomi Bali harus tumbuh tanpa kunjungan wisatawan. Ia meminta agar pemerintah meningkatkan sektor yang kecil-kecil ini agar mampu menyeimbangkan pariwisata.

Pariwisata yang dulu porsinya 60% terhadap ekonomi Bali agar diposisikan sejajar dengan sektor ekonomi atau industri kecil. “Memang butuh waktu lama, tapi sekaranglah momen yang tepat untuk mencari keseimbangan ekonomi baru dan harus cepat dilakukan,” tegasnya.

Sampai akhir 2021, jika kondisinya masih sama, baik dalam penanganan COVID-19 maupun dalam pemulihan ekonomi, ia memprediksi krisis akan tambah dalam. “Sudah krisis kita ini. Krisis itu, tidak bisa bergerak sama sekali. Kondisi yang paling parah terjadi peningkatan kriminalitas seperti penjarahan karena kelaparan. Itu sudah menjadi pertaruhan kepala daerah,” sebutnya.

Baca juga:  Satreskrim Tempuh RJ, Pengeroyokan di Depan Monumen Berakhir Damai

Jika negara masih mempunyai kemampuan finansial, ia menyarankan untuk menaikkan sektor atau industri kecil tersebut harus ada stimulus-stimulus dari pemerintah. Menurutnya, stimulus masih bisa diberikan karena cadangan devisa yang masih ada.

“Meski sudah dilakukan, tapi negara lain justru lebih tinggi softloan (pinjaman lunak) yang diberikan. Dana-dana yang didapat pemerintah, seperti dari penerbitan obligasi bisa dilakukan dengan mempertimbangkan kecukupan devisa negara untuk mengembalikan uang masyarakat 3-5 tahun nanti,” jelasnya.

Baca juga:  Ratusan Penjor Mulai Dipasang di Desa Bualu

Ia mengatakan dengan kondisi ekonomi jatuh dalam, membutuhkan waktu lama untuk pulih. “Saat ini, grafik pertumbuhan ekonomi berbentuk U. Kalau bentuknya W dengan lengkungan yang turun jauh ke bawah, akan tambah lama lagi pemulihannya. Semakin jatuh ke jurang, semakin dalam maka semakin butuh waktu untuk naik. Kalau berbentuk W terjadi, akan tambah parah lagi,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

9 KOMENTAR

  1. Ekonomi bali hampir 90% berhubungan dengan pariwisata, bukan 60%. Merubah hal itu butuh efort dan waktu, bukan semudah ngomong doang. Kita setahun lebih program umkm namun kenyataannya tidak ada perubahan.

    Bali butuh pariwisata untuk hidup kembali karena hampir semua sektor sudah terkoneksi dengan pariwisata.

  2. kedatangan wisman tetap di-welcome tapi via jakarta, agar pintu isolasi bisa terpusat..
    klo pun toh airport intl di bali dipaksa dibuka, siapa yg akan datang? Ada perubahan sangat signifikan terhadap karakter dan minat wisata pada masa covid ini. long haul, wisata jarak jauh akan sangat berkurang. short haul, mungkin masih menarik utk dikelola asal prokes bisa dilakukan dengan ketat, tidak hanya bagi yg melakukan perjalanan, tapi oknum petugas juga harus disiplin dan jujur..

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *