JAKARTA, BALIPOST.com – Selain lebih cepat menular, varian baru COVID-19 yang dinamakan Delta cenderung menyerang rentang usia tertentu. Hal ini diungkapkan Kementerian Kesehatan.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan ada kecenderungan varian Delta menyerang pasien dengan rentang usia di bawah 18 tahun pada sejumlah daerah yang sedang mengalami lonjakan kasus. “Ada kecenderungan varian delta di beberapa rumah sakit menyerang pasien di bawah usia 18 dan ada juga 10 tahun sudah ada yang kena. Itu pengamatan kami dari perbedaan varian baru ini,” katanya saat berbicara pada acara “Cegah Penularan Secara Tepat, PPKM Mikro Diperketat” yang diselenggarakan Forum Merdeka Barat 9 secara virtual, Rabu (23/6).
Dikutip dari Kantor Berita Antara, ia mengatakan situasi itu dilaporkan berdasarkan laporan penelitian Whole Genom Sequencing’ dari Kudus, Jateng yang didominasi oleh kasus Delta. “Di Kudus, DKI sekalipun ada bukti delta di sini, tapi di Kudus hampir semua yang kita periksa varian Delta, umumnya pada daerah yang mengalami lonjakan kasus tajam. Kita lihatnya via sampel genom sequencing yang bisa periksa varian baru,” katanya.
Berdasarkan gejala klinis Delta, kata Maxi, seluruhnya memiliki kecenderungan yang sama, seperti batuk, pilek, demam dan lainnya. “Kalau soal paparan sama semua, karena semua virus melalui droplet dan udara. Jadi orang berpapasan bisa kena tapi memang semua corona virus seperti itu, tapi memang (Delta) penularannya cepat sekali,” katanya.
Maxi menambahkan selain memiliki kecenderungan menyerang pasien di bawah usia 18 tahun, varian ini bisa menyerang semua umur. “Seperti dulu saat kasus dengue pertama muncul, varian awal dengue hanya pada anak, setelah berkembang sekian tahun juga menyerang dewasa,” katanya.
Maxi menambahkan setiap varian SARS-CoV-2 memiliki spesifikasi masing-masing. Namun yang perlu diperhatikan, sekalipun cepat penularannya tapi angka kematian dari varian Delta belum terbukti sangat ganas.
“Tapi tetap saja, kalau nanti terkena dan terbatas fasilitas pelayanannya berarti angka kematian bisa juga terjadi,” katanya. (kmb/balipost)