MANGUPURA, BALIPOST.com – Banyaknya akomodasi pariwisata di Kabupaten Badung yang berpindah tangan lantaran tak mampu beroperasi akibat pandemi COVID-19, diakui Plt Kepala Dinas Pariwisata Badung, Cokorda Raka Darmawan. Pihaknya, prihatin melihat kondisi yang dialami pengusaha yang harus melepaskan asetnya, karena beban operasional tidak sebanding dengan pendapatan.
“Kami sangat menyayangkan terjadinya hal itu, meski hal itu merupakan risiko dari usaha, namun saya sangat prihatin dengan kondisi yang dialami oleh pengusaha,” ujar Cok Darmawan saat dikonfirmasi Senin (28/6).
Menurutnya, semua sektor terdampak Covid-19, namun sektor pariwisata merupakan sektor yang paling terpuruk. Terlebih, hampir satu setengah tahun hotel-hotel mengalami kekosongan.
“Kita ketahui semua sektor mengalami keterpurukan, salah satunya yang paling berdampak dari sektor pariwisata karena sangat bergantung pada mobilitas wisatawan. Nah tentu sangat berat sekali, untuk menjaga hotelnya eksis. Kalau yang tidak kuat ujungnya akan seperti itu (dijual atau pailit – red),” terangnya.
Asisten Administrasi umum Setda Badung tersebut mengatakan, Pemerintah Kabupaten Badung masih belum dapat memberikan bantuan. Lantaran kondisi yang dialami dari pengusaha juga sama beratnya dengan Pemerintah daerah.
Kendati demikian, pihaknya mengungkapkan, bantuan untuk pengusaha di sektor pariwisata dapat diajukan langsung melalui website milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Bantuan yang diberikan Kemenparekraf berupa Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) yang diajukan langsung.
“Saat ini kementerian pariwisata sudah memberikan bantuan, yakni dalam hal ini pelaku usaha yang akan mengajukan bantuan dapat mengajukan proposal langsung kepada kementerian melalui website resminya. Bahkan, sudah disosialisasikan melalui online oleh kementerian langsung. Berbeda dengan tahun lalu memang kami dilibatkan dalam hal itu (bantuan hibah pariwisata tahun lalu -red),” terangnya.
Terkait rencana pembukaan pariwisata Juli 2021, pihaknya hingga kini belum mendapat kepastian. Hal ini tentunya membuat sejumlah pengusaha di sektor pariwisata harap-harap cemas.
Sebab, setelah 15 bulan pendapatan yang diterima dari sektor pariwisata sangat memprihatinkan.
Seperti diberitakan, puluhan hotel dan restoran di Kabupaten Badung sudah pindah tangan dan beberapa diantaranya dinyatakan pailit. Beberapa harapan pun dinyatakan oleh Ketua PHRI Badung agar industri pariwisata dapat kembali menggeliat.
Seperti, vaksinasi masyarakat sampai 70 persen, dibukanya penerbangan internasional dan adanya stimulus atau soft loan kepada pelaku usaha selama pandemi covid-19. “Sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan kepastian kapan akan dibukanya pariwisata, baik di Bali maupun secara khusus di Kabupaten Badung, karena masih menunggu kebijakan dari pemerintah secara langsung,” pungkasnya. (Parwata/balipost)