NEGARA, BALIPOST.com – Tenggelamnya KMP Yunicee di perairan Gilimanuk, Selasa (29/6) petang masih menyisakan duka mendalam. Salah satunya dialami, bocah perempuan 11 tahun, Aurilia asal Loloan Barat, Kecamatan Negara, Jembrana.
Belum lama ibunya meninggal, sang bocah perempuan ini juga kehilangan orang-orang yang dicintai di KMP Yunicee. Aurilia merupakan salah satu penumpang KMP Yunicee yang berhasil diselamatkan oleh nelayan di Gilimanuk.
Sebelumnya, Aurilia naik kapal bertolak dari Ketapang ke Jembrana naik KMP Yunicee sekitar pukul 17.10 WITA, Selasa (29/6) lalu. Ia naik kapal bersama Robi (ayahnya), Sri Rahayu (nenek), Sutarji (kakek) dan Azwa (kakak) dan Alicia (adik umur 5 tahun).
Akibat tragedi itu, Aurilia satu-satunya yang selamat. Sedangkan seluruh keluarganya, baru satu ditemukan dan dalam kondisi meninggal dunia, Sri Rahayu (66).
Sri Rahayu merupakan neneknya. Bocah perempuan yang masih duduk di kelas V SDN 2 Lelateng ini, sejak di Puskesmas Gilimanuk, Selasa malam terus menangis. Di tengah lalu lalang orang yang tak dikenal, bocah ini hanya bisa menangis di salah satu ruangan di Puskesmas.
Tangisannya semakin keras ketika bertemu salah satu bibinya yang datang menjenguk di Puskesmas. Aurilia memeluk erat orang yang dikenalnya itu dan tetap menangis.
Saat di rumah pun, kondisi bocah ini masih shock. Pemerintah Kabupaten Jembrana memberikan bantuan pendampingan konseling.
Bupati Jembrana I Nengah Tamba yang datang menjenguk ditemani istrinya, Ny. Chandra Tamba, nampak tak kuasa menahan kesedihan. Bupati ikut merasakan kesedihan yang dialami sang bocah, bahkan Bupati Tamba sempat meneteskan air mata.
”Saya tidak bisa menahan rasa sedih, saya merasa sangat kasihan dan saya sangat siap untuk menjaga anak ini (Aurilia) sebagai anak angkat, ” ujar Bupati Tamba.
Konseling dr. I Gusti Agung Ayu Putri Yuni Aryanti, M.Biomed, Sp.KJ yang mendampingi bocah tersebut, melakukan pemeriksaan dengan berhati-hati agar kondisi bocah perempuan itu tidak tegang. “Kondisinya saat ini masih trauma akan tetapi tidak dimunculkan oleh dia. Keadaan itu akan muncul apabila kembali apabila secara otomatis dia kembali mengingat kejadian,” terang dr Agung Ayu Putri.
Rosi Pujiningsih, bibi Aurilia mengungkapkan kondisi keponakannya hingga saat ini masih shock. Ketakutan itu ditunjukkannya, terutama saat melihat keramaian.
Keponakannya itu terlihat trauma dan kembali menangis. Karena itu ia berusaha menghindarkan Aurilia dari keramaian.
Rosi Juga menuturkan keponakannya itu berbeda dari saudaranya. “Di antara adik dan kakaknya karakter bocah perempuan ini pemberani dan periang,” sebutnya.
Ia juga berharap dalam pencarian saudaranya yang belum ditemukan itu agar semua baik-baik saja. (Surya Dharma/balipost)