Oleh Dr. Ir. Ketut Suriasih, M.App.Sc
Pada saat ini Indonesia sedang menjalankan society 5.0. Society 5.0 merupakan konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi (Dinna Ririn Agustina, 2019). Hal ini menjadikan peran manusia lebih besar dengan bertranformasi data menjadi suatu hal yang baru dengan meningkatkan kemampuan untuk membuka peluang-peluang kehidupan bermakna.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik (Aamaral, G., Bushee, J., Cordani, U. G., Kawashita, K., Reynolds, J. H., Almeida, F. F. M. D. E., … Junho Et Al., 2013). Dan juga rendahnya mutu pendidikan di Indonesia yakni kualitas pengajar yang masih belum menguasai dan memanfaatkan teknologi dengan baik.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampian yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Harapan bebas belajar ini menjadi terobosan baru dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia dengan mengombinasikan pendidikan dengan teknologi. Agar dalam pelaksanaan pembelajaran, peserta didik lebih antusias dalam belajar dan menstimulus peserta didik dengan hal yang baru.
Tujuan yang ingin dicapai adalah dapat meningkatan mutu pendidikan yang ada di Indonesia baik dari peserta didik maupun pendidik lebih antusias dalam melaksanaan pembelajaran. Persoalan minimnya mutu pendidikan dalam mengombinasikan teknologi.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan yang ada di Indonesia adalah masih banyak pendidik yang tidak pernah menggali masalah dan potensi diri pada siswa serta berusaha mengembangkan potensi diri siswa dengan cara yang tepat, akan tetapi pendidik memilih memaksakan siswa untuk dapat mengikuti pelaksanaan pembelajaran dengan harapan semua yang telah disampaikan oleh pendidik dapat dipahami oleh siswa.
Tidak hanya itu, rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan rendahnya pula kualitas tenaga pendidik. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh pendidik. Jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pendidik di Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar.
Kinerja guru merupakan serangkaian hasil dari proses dalam melaksanakan pekerjaannya yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Kemampuan seorang guru untuk menciptakan model pembelajaran baru atau memunculkan kreasi baru akan membedakan dirinya dengan guru lain (Megawanti, 2012).
Itulah sebabnya seorang tenaga pendidik harus mengutamakan kreativitas agar mendapatkan mutu yang baik dan berpengaruh positif terhadap rangkaian pembelajaran. Hal ini akan berpengaruh juga terhadap kecepatan daya tangkap suatu ilmu yang dicerna oleh peserta didik selama proses pembelajaran.
Pada saat ini, pelaksanaan pendidikan di Indonesia jauh dari efisien, di mana pemanfaatan segala sumber daya yang ada tidak menghasilkan lulusan yang diharapkan. Banyaknya pengangguran di Indonesia disebabkan karena kualitas pendidikan yang telah mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah dijalani.
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai dengan rencana atau program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah dibuat oleh tenaga pendidik tidak terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan tersebut tidak efektif.
Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak diharapkan.
Masyarakat Indonesia saat ini, hidup di era society 5.0. dimana semua aktifitas yang dilakukan oleh manusia tidak jauh dengan teknologi. Teknologi juga merupakan pendukung pendidikan dengan menciptakan inovasi-inovasi yang lebih canggih untuk meningkatkan pendidikan di indonesia.
Akan tetapi dari inovasi- inovasi baru tersebut dalam pelaksanaannya masih kurang maksimal dalam segi pemanfaatan. Masih banyak terdapat siswa kurang antusias dalam belajar dengan alasan pembelajaran kurang menarik, sehingga menimbulkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran masih bermalas-malasan karena tidak ada strategi pembelajaran yang membangkitkan peserta didik lebih antusias dalam pelaksanaannya.
Teknologi sensor reality sebagai solusi alternatif bebas belajar merupakan inovasi baru dalam pelaksanaan pembelajaran yang memadukan pendidikan dengan teknologi sensor reality. Metode trobosan baru untuk peserta didik agar lebih antusias dalam belajar sehingga metode ini dapat menghasilkan progres di dalam dunia pendidikan.
Apabila gagasan dapat di implementasikan maka di prediksi gagasan dapat: (1) Meningkatkan antusias peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran. (2) Menurunkan tingkat kemalasan belajar siswa dengan alasan metode pembelajaran yang kurang menarik. (3). Memadukan teknologi dan pendidikan dalam penerapan pelaksanan pendidikan sehari-hari.
Teknologi sensor reality merupakan sebuah desain untuk tindakan instrumental yang mengurangi ketidakpastian sebagai hubungan sebab akibat termasuk untuk mencapai hasil yang diinginkan (Setyawan, 2017). Teknologi sensor reality yang dimaksudkan berupa sebuah ruang yang memiliki sensor.
Bagi para pengguna yang mengoprasikannya akan merasakan seperti berada dalam kehidupan nyata, akan tetapi dalam dunia virtual tersebut pengguna akan diberikan gambaran kehidupan nyata yang sesuai dengan bidang pilihan sebelumnya. Teknologi tersebut dapat di jalankan dengan menggunakan jaringan yang sistem kerjanya seperti Line. Teknologi ini dikontrol oleh operator di setiap lembaga pendidikan masing-masing.
Penulis Rektor Bali Dwipa University