Ilustrasi. (BP/tomik)

JAKARTA, BALIPOST.com – Ratusan dokter meninggal terinfeksi COVID-19 selama pandemi melanda Indonesia. Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) melaporkan sebanyak 458 dokter wafat sejak Maret 2020 hingga pekan pertama Juli 2021.

Ketua Tim Mitigasi IDI, Adib Khumaidi, dikutip dari Kantor Berita Antara, Jumat (9/7), mengatakan dokter yang wafat di 2021 mengalami peningkatan dibandingkan 2020. “Januari ada 65 orang, Februari 31 orang, Maret 16 orang, April delapan orang, Mei tujuh orang,” katanya.

Adib mengatakan jumlah dokter yang wafat mengalami kebaikan hampir tujuh kali lipat pada Juni 2021 yang dilaporkan sebanyak 48 dokter. “Kemudian di bulan Juli 2021 hari ini saja, sudah bertambah 35 orang,” katanya.

Baca juga:  Robot, Sang Pahlawan Perang Melawan COVID-19

Adib mengatakan jumlah dokter yang dirawat secara intensif lebih banyak terjadi di gelombang kedua COVID-19 yang terjadi pada Juni dan Juli 2021 bila dibandingkan dengan gelombang pertama pada kurun Desember 2020 hingga Januari 2021.

“Ini yang menjadi satu perhatian yang bahkan di beberapa daerah salah satunya di Jawa Timur, teman-teman kami yang dirawat di Surabaya itu termasuk jumlahnya besar,” katanya.

Laporan dari IDI Surabaya tercatat tidak kurang dari 124 dokter yang sakit. “Tidak semuanya memang dirawat, tapi yang dirawat itu ada yang kritis,” katanya.

Baca juga:  Tak Ada WNI Korban Penembakan Las Vegas

Adib mengatakan jumlah tenaga kesehatan yang dirawat di Kudus mencapai total 813 orang, 70 di antaranya adalah profesi dokter. “Walaupun yang dirawat hanya 200-an orang, tapi yang lainnya OTG melakukan isolasi mandiri,” katanya.

IDI Yogyakarta, kata Adib, menyampaikan laporan ada 167 dokter yang terpapar COVID-19. Sebagian besar dalam kondisi kritis. “Hari ini kita mendengar ada teman dari Yogyakarta meninggal. Demikian juga yang ada di Jawa Barat, Banten dan Jakarta,” katanya.

Baca juga:  RS Dr. Soetomo Disebut Tolak Pasien COVID-19, Ini Kata Dirutnya

Dalam satu bulan terakhir, kata Adib, Tim Mitigasi memberikan bantuan mulai dari obat-obatan sampai mencarikan rumah sakit rujukan.

Tim Mitigasi PB IDI selalu mengingatkan kepada para anggota untuk proaktif melapor pada organisasi bila jatuh sakit. “Memang sudah ada surat edaran dari Menteri Kesehatan untuk tenaga tenaga kesehatan bisa mendapatkan prioritas untuk perawatan,” katanya.

Namun Adib juga tidak bisa menyalahkan direktur atau struktural di rumah sakit bila tidak bisa menerima perawatan bagi dokter karena kondisi pasien yang melonjak. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *