DENPASAR, BALIPOST.com – Denpasar sebagai ibukota provinsi dalam beberapa pekan ini mengalami kenaikan signifikan dalam jumlah kasus. Selalu mencatatkan kasus harian 3 digit, dengan angka tertinggi dicapai pada Senin (12/7) sebanyak 293 kasus COVID-19.
Atas kondisi ini, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Denpasar menduga varian Delta sudah masuk. Meskipun, hingga kini data resmi dari Kementerian Kesehatan terkait kehadiran varian Delta di Bali belum ada.
Menurut Ketua IDI Cabang Denpasar, dr. Ketut Widiasa, Senin (12/7), tingginya peningkatan kasus Covid-19 selain mobilitas warga juga diduga karena varian Delta sudah masuk ke Denpasar. “Ditambah memang saat ini upaya testing tracing juga digalakkan oleh Pemkot,” imbuhnya.
Dalam rangka mencegah transmisi lokal, ia menilai upaya PPKM darurat sangat tepat dilakukan. Selain PPKM Darurat, ia berharap tracing dan testing juga semakin masif dilakukan untuk mengetahui gambaran riil kondisi COVID-19. “Testing yang diharapkan juga ditambah treatment yang tepat dan isolasi ini memang adalah upaya yang memang harus dilakukan untuk menangani COVID-19,” ujarnya.
Isolasi terpusat menjadi pilihan tepat untuk memastikan warga yang isolasi mandiri (isoman) terawasi dengan baik. Selain itu juga untuk menjaga keamanan pasien COVID-19, mengingat variasi gejala yang seperti sekarang ini tidak bisa diduga lagi. “Sekarang, fase ringan bisa tib-tiba jatuh ke fase sedang dan berat, itu susah diprediksi,” imbuhnya.
Menghadapi situasi peningkatan kasus ini, diakui nakes tidak hanya dokter, tapi juga perawat dan bidan mengalami kelelahan. Tidak hanya kelelahan fisik, juga mental karena mereka harus memilih pasien yang akan diberikan perawatan mesin, mengingat keterbatasan mesin. “Di situ kita juga dilemma menentukan mana pasien yang didahulukan diberikan perawatan mesin, itu membuat kita lelah mental,” ungkapnya.
Selain kondisi mesin yang terbatas, bed juga terbatas. Jika penambahan bed dilakukan, penambahan sarana lain juga dilakukan termasuk SDM.
Ia khawatir jika kondisi ini terus berlangsung, akan membuat risiko penularan pada nakes semakin tinggi. Sementara cakupan vaksinasi masih terus berjalan agar mencapai 70 persen. (Citta Maya/balipost)