DENPASAR, BALIPOST.com – Beberapa hari belakangan ini suhu udara di Bali terasa lebih dingin hingga mencapai 20 derajat Celcius. Suhu dingin tidak hanya dirasakan pada malam hari, namun juga pagi hari.
Prakirawan BMKG Wilayah III Denpasar, Brian Eko, menjelaskan bahwa suhu udara dingin di Bali terjadi karena pada musim kemarau angin yang bertiup adalah angin timuran yang sifatnya dingin dan kering melewati Indonesia, khususnya Jawa, Bali, NTB, NTT. Angin timuran biasanya menyebabkan berkurangnya tutupan awan di wilayah ini.
Jadi, jika pada malam hari saat radiasi matahari dilepaskan bumi, tidak ada awan-awan yang menghalanginya, akibatnya radiasi matahari langsung lepas ke atmosfer. Sehingga suhu menjadi lebih dingin.
Selain itu, juga ada pengaruh dari posisi matahari yang saat ini berada di Belahan Bumi Utara (BBU), cukup jauh dari wilayah Indonesia yang disebut fenomena Aphelion. Hal ini yang menyebabkan penerimaan radiasi matahari sedikit berkurang.
“Dari data kami suhu minimum terdingin tercatat 20 derajat Celcius pada tanggal 6 Juli 2021 di pos kahang-kahang, karangasem. Masih akan terjadi (suhu udara dingin, red) hingga puncak musim kemarau pada bulan Agustus 2021 mendatang,” ujar Brian Eko, Selasa (13/7).
Terkait fenomena Aphelion, Koordinator Sub Bidang Pengumpulan dan Penyebaran BBMKG Wilayah III Denpasar, Dwi Hartanto, S.Si., M.DM., menjelaskan bahwa fenomena aphelion memang biasa terjadi setiap tahun. Bumi berada pada titik terjauh dengan matahari, yaitu pada bulan Juni-Juli-Agustus.
Namun untuk dampak yang ditimbulkan tidak terlalu signifikan bagi manusia. Hanya perubahan musim tahunan untuk lintang tinggi. (Winatha/balipost)