Sejumlah dokter bersama tenaga medis lainnya melaksanakan shalat jenazah dokter spesialis paru positif COVID-19 saat pelepasan terakhir menggunakan mobil ambulans ke pemakaman di Rumah Sakit Umum Zainainal Abidin, Banda Aceh, Aceh, Selasa (29/9/2020). (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Sebanyak 545 orang dokter di Indonesia meninggal dunia hingga 17 Juli 2021. Ketua Pelaksana Harian Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Dr. Mahesa Paranadipa mengungkapkan hal itu, Minggu (18/7)

“Kalau melihat data kematian dokter saja sebaran per bulan, untuk bulan Juli ini angkanya sudah melebihi 100 persen dari jumlah kematian bulan Juni lalu. Total kematian dokter saat ini 545 sejawat dokter (per 17 Juli 2021),” ungkap dia dalam Diskusi Media via daring bertajuk “Update kondisi Dokter dan Strategi Upaya Mitigasi Resiko mencegah Kolapsnya Fasilitas Kesehatan” dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (18/7).

Baca juga:  Bapak dan Anak Dituntut Tiga Tahun Dalam Kasus Penganiayaan

Dari angka ini berdasarkan wilayah, dokter di wilayah Jawa Timur yang menempati posisi tertinggi dengan total 110 orang, DKI Jakarta (83), Jawa Tengah (81), Jawa Barat (76) dan Sumatera Utara (38).

Berdasarkan jenis kelamin, dokter laki-laki yang paling banyak meregang nyawa dengan total 84 persen atau 453 orang. Menurut Mahesa, hal ini mengingat tugas-tugas yang banyak dikerjakan sejawat dokter laki-laki di area isolasi COVID-19 walaupun memang banyak juga dokter perempuan yang bertugas.

Sementara dari sisi spesialisasi, dokter umum menempati urutan tertinggi dari total kematian yakni 292 orang, lalu spesialis (241 dokter) yang meliputi spesialis kandungan dan kebidanan, spesialis penyakit dalam, spesialis anak, bedah, anestesi dan THT-KL.

Baca juga:  Presiden Tekankan Target Pertumbuhan Ekonomi di 2021 Harus Tercapai

Di sisi lain, data dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) per 18 Juli 2021 menunjukkan sekitar 7.392 perawat yang terkonfirmasi positif, suspek sebanyak 309, dan mereka yang gugur sebanyak 445 perawat.

Mahesa lalu menyoroti kondisi melonjaknya pasien COVID-19 beberapa waktu terakhir sehingga menyebabkan tenaga kesehatan mendapatkan beban kerja berlebihan. Hal ini dia khawatirkan memunculkan potensi kelelahan pada tenaga kesehatan, yang berimbas pada menurunnya imunitas mereka.

“Kami, Tim Mitigasi PB IDI sudah memberikan pedoman terkait perlindungan dokter. Hanya memang, walaupun sudah sebagian besar tenaga dokter divaksinasi sampai suntikan kedua, namun karena lonjakan pasien yang cukup tinggi menyebabkan overload beban kerja,” kata dia.

Baca juga:  Wujudkan Generasi Emas Indonesia 2045, GP Anshor Siap Berperan

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kondisi ini, menurut dia, harus tetap ada edukasi pada masyarakat untuk patuh menerapkan protokol kesehatan (menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, membatasi mobilisasi dan menghindari kerumunan).

Di sisi lain, Tim Mitigasi IDI percaya pemerintah mengambil kebijakan untuk tetap melindungi dan menyelamatkan seluruh rakyat. “Kami mohon kerja sama seluruh pihak untuk sama-sama menjadikan pertarungan melawan pandemi ini pertarungan bersama agar kasus-kasus bisa kita tekan,” demikian tutur Mahesa. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *