TABANAN, BALIPOST.com – Aktif berkarya, baik di studio maupun di spot-spot eksotik, merupakan salah satu cara bagi perupa memompa semangat estetik, sekaligus menjaga imun kreativitas di masa pandemi COVID-19. Dalam berkarya, para perupa pun menerapkan protokol kesehatan (prokes) dengan ketat.
Seniman berharap pandemi COVID-19 segera mereda, sehingga aktivitas berkesenian bisa berlangsung lancar. Kebijakan PPKM dinilai salah satu langkah tepat untuk memutus rantai penyebaran virus Corona.
Tetapi yang lebih penting dari itu adalah selalu menerapkan prokes ketat saat berkreativitas. Dengan demikian lonjakan kasus COVID-19 bisa ditekan.
Memang selama pandemi, kreativitas seniman tak pernah surut. Hal itu diakui perupa I Made Sutarjaya, asal Desa Bantas, Selemadeg Timur, Tabanan, Senin (19/7).
Perupa dengan gaya lukisan ekspresionis ini mengatakan, dalam kondisi pandemi, kegiatan melukis masih bisa dilakukan di studio dan di sejumlah spot menarik. “Perupa masih sangat aktif berkarya. Pameran lukisan pun dilakukan baik secara daring maupun luring dengan penerapan prokes yang ketat. Jadi pandemi sesungguhnya tak menghalangi seniman berkreativitas,” ujar pelukis yang berencana mengikuti pameran Dasa Warna Ekspresi Cat Air 2021 di Taman Budaya Yogyakarta, pada Agustus.
Bahkan, sebelum kebijakan PPKM darurat diberlakukan, sejumlah pelukis berkarya secara OTS (on the spot) di sejumlah lokasi, seperti di kawasan pura-pura kahyangan jagat, kawasan puri dan objek wisata seperti Danau Tamblingan. Banyak lukisan yang dihasilkan perupa dalam berkarya seperti itu. “Ini salah satu cara seniman menyikapi kondisi pandemi. Tentu penerapan prokes menjadi hal penting,” jelasnya.
Di satu sisi seniman bisa tetap berkarya, di sisi lain seniman bisa menjaga imun kreativitas atau imun tubuh yang sesunguhnya. Terlebih melukis di alam terbuka, selain dapat menghirup udara segar, juga bisa menikmati pemandangan alam yang eksotik dengan hamparan sawah atau pepohonan yang menghijau. “Ini menambah jiwa berkesenian makin mantap, ” ujar Sutarjaya, salah satu anggota Maharupa Batukaru lulusan SMSR 1997, pemilik Studio Beten Tiying ini. (Subrata/balipost)