DENPASAR, BALIPOST.com – Dalam 21 hari atau 3 minggu terakhir, dimulai pada 3 Juli saat Bali menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat hingga saat ini menerapkan PPKM Level 3, tambahan kasus COVID-19 Bali meningkat tajam. Bahkan, sudah 11 kali dalam kurun 3 minggu ini, Bali mencatatkan rekor tambahan kasus.
Total tambahan kasus yang dicatatkan Bali dalam 3 minggu (3-23 Juli) adalah 15.521 kasus. Kumulatif pasien sembuh di periode yang sama mencapai 8.033 kasus dan meninggal mencapai 324 jiwa.
Data yang dihimpun dari Satgas Penanganan COVID-19 Bali, dimulai pada 8 Juli sebanyak 577 kasus. Kemudian pada 9 Juli bertambah 674 orang dan 10 Juli sebanyak 678 orang.
Selanjutnya secara berturut-turut selama 5 hari, yakni 13 Juli mencapai 723 orang, 14 Juli 791 orang, 15 Juli 843 orang, 16 Juli 885 orang, dan 17 Juli 1.019 orang.
Kemudian, tiga hari berturut-turut lagi, Bali memecahkan rekor tambahan kasus. Yakni Rabu (21/7) sebanyak 1.111 orang, Kamis (22/7) mencapai 1.250 orang, dan Jumat (23/7) terdapat 1.407 orang.
Kematian tercatat empat kali mencapai rekor dalam kurun waktu yang sama ini. Rinciannya, sebanyak 22 orang pada 13 Juli, 23 orang pada 17 Juli, 25 orang pada 19 Juli, dan 33 orang pada 22 Juli.
Tingginya tambahan kasus dan angka kematian di Bali menjadi sorotan dalam evaluasi yang dilakukan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Nasional, Prof Wiku Adisasmito, Kamis (22/7). Dalam keterangan virtualnya di kanal YouTube BNPB Indonesia, Wiku mengatakan kasus positif selama 7 hari terakhir sudah menunjukkan tren penurunan pada hampir seluruh provinsi, kecuali Bali.
“Bali masih mengalami kenaikan kasus positif hingga 3 hari terakhir,” ujarnya.
Hal yang sama juga terjadi pada bed occupancy rate (BOR). Jika dilihat dari BOR, seluruh provinsi telah menunjukkan penurunan, kecuali Bali. “Bali, sama seperti kasus positifnya, BOR nya masih perlu menjadi perhatian untuk segera diperbaiki. BOR di Bali masih menunjukkan peningkatan selama 7 hari terakhir,” kata Prof. Wiku
Ia meminta pemerintah Bali menurunkan angka kasus positif, kematian, dan BOR. Wiku mengutarakan penelusuran kontak juga penting dilakukan agar kasus cepat terdeteksi dan mendapatkan penanganan.
Penurunan kasus positif, BOR serta kepatuhan desa/kelurahan dapat diupayakan dengan meningkatkan pengawasan dan menindak tegas para pelanggar protokol kesehatan di tingkat desa/kelurahan. “Dengan upaya pencegahan maka penularan di tengah masyarakat dapat dikendalikan dan kasus dapat ditekan,” tambahnya.
Dilihat di website resmi penanganan COVID-19 Bali, pada 22 Juli, BOR Isolasi terisi sebanyak 1.662 bed (73,50 persen) dari 2.198 bed. Masih tersisa sebanyak 536 bed (26,50 persen).
Jumlah keterisian ini berkurang 27 bed dari sehari sebelumnya sebanyak 1.689 bed. Sedangkan konversi bed isolasi dibandingkan sehari sebelumnya bertambah 70 unit.
Untuk BOR ICU terisi sebanyak 193 bed (61,89 persen) dari 282 bed. Keterisian ICU mengalami pengurangan 8 bed dari 201 bed sehari sebelumnya. Masih tersisa sebanyak 89 bed (38,11 persen).
Ada tujuh kabupaten/kota dengan BOR Isolasi di atas 70 persen. Yakni Buleleng 87,86 persen, Tabanan 82,67 persen, Denpasar 78,43 persen, Klungkung 77,93 persen, Badung 74,55 persen, Gianyar 73,71 persen, dan Karangasem 71,11 persen.
Sementara itu, terdapat lima kabupaten/kota dengan BOR ICU di atas 65 persen. Yakni Buleleng 100 persen, Karangasem 84,62 persen, Klungkung 75 persen, Denpasar 74,85 persen, dan Bangli 66,67 persen. (Diah Dewi/balipost)