BANGLI, BALIPOST.com – Semburan belerang di Danau Batur saat ini sudah berhenti. Namun, ribuan bangkai ikan memenuhi perairan dan menimbulkan bau busuk menyengat.
Warga setempat mengeluhkan kondisi ini. Keluhan tersebut mulai mencuat setelah ada pengaduan masyarakat melalui Facebook di group ‘Pengaduan 24 Jam Era Baru’, Kamis (29/7). Dalam postingan yang dibagikan akun Bagaskara Putra, pihaknya meminta Pemkab Bangli segera melakukan atensi terkait banyaknya limbah bangkai ikan yang terdampar di bibir Danau Batur. “Mohon izin menyampaikan keluh kesah tentang limbah ikan di Danau Batur. Tepatnya di Desa Terunyan pak. Tolong solusinya secepatnya, karena limbah ikannya sangat meresahkan dan berbau menyengat,” ungkapnya.
Dikonfirmasi, Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma mengaku berusaha mengevakuasi bangkai ikan. Bersama masyarakat, aksi ini sudah dilakukan sejak 17 Juli. “Sekitar 26 ton bangkai ikan sudah kami angkut ke kebun petani di Desa Pengotan. Kesulitan kami hari ini karena tidak ada tempat pembuangan atau penampungan,” ujarnya.
Karena itu, Sarma mengaku sudah mengedukasi masyarakat setempat untuk mengubur bangkai ikannya di lahan-lahan sekitar danau. Dikatakan, lahan untuk menampung dan mengolah ikan mati menjadi pupuk di Desa Pengotan kapasitasnya sudah tidak muat lagi.
Sampai saat ini, belum ada tempat yang menerima ikan mati tersebut. “Untuk langkah cepat dan antisipasi pencemaran alangkah baiknya limbah ikan mati ini diolah menjadi pupuk atau ditanam (dikubur) di lahan pesisir danau,” sarannya.
Disampaikan, cukup kewalahan menanggulangi banyaknya bangkai ikan tersebut lantaran fenomena semburan belerang kali ini terbilang yang paling parah. Fenomena yang terjadi ini, termasuk semburan terbesar dan lama.
Biasanya hanya 4-6 hari selesai. Dampaknya pun hanya di Kedisan dan Buahan. Namun kali ini, terjadi sampai dua tahap dalam satu bulan.
Lanjut Sarma, setelah tahap satu di Seked, Kedisan dan Buahan sejak 14 sampai 19 Juli lalu, semburan belerang tahap dua justru kembali muncul di Songan sejak 23-26 Juli.
Lebih parah lagi, saat ini, semburan belerang juga masih terjadi. “Semburan masih terjadi, ditandai warna air keputihan dan bau belerang. Angin juga masih bertiup kencang,” sebutnya.
Akibatnya, wilayah yang terdampak juga semakin luas. Kematian ikan tidak hanya terjadi pada ikan yang dibudidayakan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA).
Ikan liar juga banyak yang mati. Bangkainya menyebar karena terbawa arus air, sehingga berdampak juga sampai ke wilayah Desa Terunyan.
Disinggung terkait jumlah petani ikan yang terdampak, diakui, telah mencapai 331 Kepala Keluarga (KK) dari 548 petani yang tercatat mempunyai KJA di Danau Batur. (Antarini/denpost)