DENPASAR, BALIPOST.com – Bali meloloskan 21 pesilat, terdiri atas 12 pesilat turun di nomor laga, ditambah 9 atlet turun di nomor seni, yakni tunggal putra dan putri, ganda putra dan putri, serta beregu putra. Selama ini mereka hanya sekali try in meladeni atlet pelatnas di GOR Purna Krida, Juni lalu. Alhasil, pesilat Bali mampu mengimbangi kedigjayaan pesilat pelatnas, hanya atlet Bali perlu lagi digenjot daya tahan tubuh, berikut kecepatan gerakannya (speed).
Pelatih tim silat PON Bali Gusti Made Semarajaya, di Denpasar, Minggu (1/8) mengungkapkan, saat PPKM begini, susah melakukan latih tanding, mengingat cabor bela diri silat mengharuskan atletnya bersentuhan dan bersinggungan. “Kami akui untuk melakukan uji coba atau sparring, sangat riskan di saat PPKM ini,” tuturnya.
Selain itu, pihaknya juga mengkhawatirkan calon lawan yang dihadapi wajib sudah menjalani vaksin. “Kami tidak sembarangan meladeni uji coba, yang saya khawatirkan lawan belum di vaksin. Di samping itu, selama pertarungan harus mendapat izin dari Satgas Covid-19,” kata dia.
Oleh sebab itu, selama ini pihaknya hanya menggulirkan latihan mandiri. “Saya kira sparring bisa melibatkan pesilat lokal yang senior atau peraih perak atau perunggu, pada Porprov Bali, di Tabanan 2019 silam,” terangnya.
Salah seorang atlet PON Komang Harik Adi Putra, yang meraih medali emas pada Asian Games di Indonesia (2018) menyatakan, sparring terakhir dilakukan saat tim PON menjajal atlet pelatnas. “Saya kira hasil itu kurang maksimal, sebab kami baru saja menjalani tes fisik di KONI Bali. Esoknya, langsung bertarung menghadapi pesilat pelatnas. Saya sendiri masih merasakan ketegangan otot,” kilahnya.
Harik mengakui, selama ini dirinya latihan mandiri, terkadang di GOR Lila Bhuana atau di pusat kebugaran, sebagai latihan fisik. “Saya biasa berlatih hanya mengajak beberapa teman saja,” ujarnya. Apalagi, situasi PPKM atlet PON cukup berlatih secara mandiri.
Harik mengevaluasi, saat bertanding meladeni pesilat pelatnas, kondisi atlet Bali benar-benar drop, merasa capek dan kelelahan. “Saya sendiri memaklumi kondisi demikian. Apalagi tanpa masa pemulihan (recovery),” ucapnya. Terkadang Harik juga biasa berlatih sendiri dan seolah-olah dihadapan kita lawan. “Saya lebih mempercayakan pada program tim pelatih, yang bertujuan mencapai puncak prestasi, saat PON Papua, Oktober,” ungkap Harik. (Daniel Fajry/Balipost)