DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 yang berlangsung hampir 1,5 tahun masih terus berupaya dikendalikan. Bahkan, Indonesia saat ini telah memasuki gelombang kedua dengan pertumbuhan kasus 3 kali lipat dari puncak kasus sebelumnya.
Untuk itu, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, mengatakan diperlukan upaya kolaborasi dalam menanganinya. Tak hanya antarpemerintah pusat dan daerah, melainkan melibatkan semua pihak.
Dalam Webinar Peningkatan Kapasitas Kepemimpinan Kolaboratif dalam Mempercepat Penanganan Pandemi COVID-19 yang disiarkan kanal YouTube Pusdalops BNPB, Senin (2/8), Tito mengatakan dampak pandemi menyebabkan krisis multidimensi sehingga penanganannya memerlukan multidimensi. Bahwa penanganan tidak bisa dilaksanakan secara sektoral. “Perlu ada keserempakan kebijakan antara pusat dan daerah dalam satu strategi yang sama,” tegasnya, dipantau dari Denpasar.
Ia mengatakan perlu ada upaya kolaboratif antara pemerintah pusat dan daerah, baik tingkat I maupun II. Krisis ini menjadi ujian yang sebenarnya terhadap semua sistem dalam kehidupan bangsa.
Kolaborasi tak hanya antarpemerintah, tapi juga semua pihak. Sebab, menggerakan masyarakat, mendisiplinkan masyarakat, dan membuat agar masyarakat tidak saling tertular memerlukan pengendalian yang tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. “Kita perlu merangkul simpul-simpul yang berpengaruh dalam sistem sosial kita. Hanya dengan kebersamaan dan kolaborasi yang solid, maka kita bisa menghadapi pandemi ini,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala BNPB, Letjen Ganip Warsito mengatakan tren kasus aktif dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan peningkatan dikarenakan varian Delta. Lonjakan ini merupakan tantangan besar, bagi masyarakat dan bangsa. “Tantangan yang kita hadapi saat ini bersifat multisektor, baik itu sektor kesehatan, ekonomi, sosial, dan sektor-sektor strategis lainnya. Sehingga penanganan yang diperlukan juga harus mengutamakan keseimbangan multidimensi hingga di level mikro sebagai salah satu upaya bersama saat ini,” kata Ganip.
Penanganan berbasis mikro merupakan penanganan yang ampuh dan khas dimiliki oleh Indonesia sebagai solusi penanganan pandemi. Strategi ini dapat dijalankan dengan efektif dengan melibatkan seluruh pihak, dari provinsi, kabupaten/kota, kelurahan, hingga ke RT/RW. “Oleh karena itu, pimpinan daerah memiliki peran sangat besar terhadap pengendalian kasus saat ini. Penanganan optimal dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh pihak untuk saling bahu membahu mencari solusi bersama untuk menjawab permasalahan yang ada di daerah,” sebut Ganip.
Data Satgas Penanganan COVID-19 Nasional, per 1 Agustus 2021angka kesembuhan harian bertambah lagi mencapai 39.446 orang sembuh per hari. Adanya penambahan hari ini meningkatkan angka kumulatif kesembuhan hingga melebihi angka 2,8 juta orang sembuh atau tepatnya 2.809.538 orang (81,7%).
Pada kasus aktif atau pasien positif yang masih membutuhkan perawatan medis, terus berkurang sebanyak 10.312 kasus dan totalnya menurun menjadi 535.135 kasus (15,6%). Pada pasien terkonfirmasi positif (RT-PCR/TCM dan rapid antigen), bertambah sebanyak 30.738 kasus. Kumulatifnya, atau jumlah pasien terkonfirmasi positif yang tercatat sejak kasus pertama hingga hari ini mencapai 3.440.396 kasus.
Sementara, pasien meninggal juga bertambah lagi sebanyak 1.604 kasus dan kumulatifnya mencapai 95.723 kasus (2,8%). Selain itu, dari hasil uji laboratorium per hari, spesimen selesai diperiksa (RT-PCR/TCM dan rapid test antigen) per hari sebanyak 178.375 spesimen dengan jumlah suspek sebanyak 280.518 kasus. (Diah Dewi/balipost)