DENPASAR, BALIPOST.com – Jumlah kasus kematian akibat COVID-19 di Bali terus mengalami peningkatan. Data per Rabu (4/8), total pasien terkonfirmasi positif COVID-19 yang meninggal dunia sebanyak 2.306 orang. Sebagian besar pasien yang meninggal karena belum divaksin.
Dari jumlah tersebut, data 23 Mei 2021 hingga 4 Agustus 2021 sebanyak 834 orang meninggal dunia. Rinciannya 744 orang atau 89.21 persen pasien COVID-19 meninggal karena belum divaksinasi.
Sedangkan, sisanya yaitu 90 orang meninggal sudah menerima vaksin. Yakni, 26 orang meninggal sudah divaksin Sinovac suntikan 1, 21 orang meninggal sudah divaksin Sinovac suntikan 2, 41 orang meninggal sudah divaksin AstraZeneca suntikan 1, dan 2 orang meninggal sudah divaksin AstraZeneca suntikan 2.
Sekretaris Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali, I Made Rentin, mengimbau masyarakat agar mau divaksinasi. Jangan sampai ada warga masyarakat yang menolak untuk divaksinasi.
Sebab, vaksinasi dapat memunculkan antibodi atau imun dalam tubuh, sehingga bisa melawan serangan virus Covid-19. “Artinya, bisa tidak terpapar virus, atau kalaupun masih terpapar tidak akan parah atau cepat proses penyembuhannya,” ujar Rentin, Rabu (4/8).
Meskipun sudah divaksin, masyarakat tetap diimbau agar taat dan disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes). Sebab, taat prokes dan vaksinasi keduanya mesti saling diperkuat. “Sudah vaksin bukan berarti bisa abai prokes, karena dibeberapa kasus masih ada yang terpapar walaupun sudah vaksin, tetapi relatif tidak parah atau bahkan lebih cepat pemulihan atau sembuhnya,” tandasnya.
Fenomena Menarik
Perkembangan kasus COVID-19 di Denpasar terus meningkat dalam beberapa hari terakhir ini. Bukan hanya yang positif baru, namun kasus kematian juga naik cukup tinggi.
Bahkan pada Selasa (3/8), jumlah kasus meninggal sebanyak delapan orang. Dari semua kasus meninggal ini, semuanya belum divaksin.
Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Kota Denpasar, Dewa Gede Rai, Rabu (4/8) mengatakan ada fenomena yang menarik yang bisa diambil dari jumlah kasus kematian di Denpasar. Karena dari jumlah kasus kematian di Denpasar, rata-rata kebanyakan yang belum divaksin.
Dewa Rai menyebutkan, jumlah kasus kematian terbanyak terjadi pada 29 Juli yang mencapai 14 kasus. Dari jumlah itu, semua belum ada yang divaksin. Demikian pula pada Selasa lalu yang jumlah kasus kematiannya mencapai delapan orang, semua belum divaksin.
Hanya pada 31 Juli dan 1 Agustus masing-masing jumlah kematian sebanyak delapan orang dan enam orang. Dari dua hari itu, yang sudah divaksin hanya dua orang. “Itu pun baru mendapatkan satu kali vaksin,” ujar Dewa Rai.
Dia mengungkapkan, dari data ini menunjukan efikasi vaksin cukup baik. Ada beberapa orang yang sudah divaksin terpapar COVID-19, namun gejala yang ditimbulkan tidak menimbulkan gangguan yang parah. Artinya, vaksin ini mampu mengurangi risiko bila terpapar Covid-19.
Dewa Rai juga mengungkapkan, data jumlah kematian yang tinggi di Denpasar ini bukan murni warga yang ber-KTP Denpasar. Seperti pada Selasa lalu, jumlah yang meninggal sebanyak delapan orang, dua di antaranya merupakan warga luar Denpasar.
Untuk itu dia mengajak seluruh masyarakat untuk selalu waspada dan tidak lengah atas perkembangan kasus saat ini. Dalam beraktivitas, penerapan protokol kesehatan tetap harus wajib dilaksanakan dengan berpedoman pada penerapan PPKM Level 4 Jawa-Bali.
Terlebih lagi saat ini adanya mutasi Covid-19 dengan varian baru. Dewa Rai mengatakan bahwa berbagai upaya terus dilaksanakan guna mendukung upaya penurunan zona risiko, penurunan tingkat penularan, meningkatkan angka kesembuhan pasien dan mencegah kematian.
Hal ini dilaksanakan dengan menggelar operasi yustisi protokol kesehatan, penyekatan, sosialisasi dan edukasi berkelanjutan secara rutin dengan menggunakan mobil calling atau door to door, serta melaksanakan penyemprotan desinfektan serta eco enzym wilayah secara terpadu. (Winatha/Asmara Putera/balipost)