DENPASAR, BALIPOST.com – Triwulan II 2021 pertumbuhan ekonomi Bali sudah positif. Namun, untuk menjaga stabilitas ekonominya, pemulihan perlu direncanakan agar tak lagi menggantungkan nasib pada pariwisata. Demikian dikemukakan Guru Besar Ekonomi Universitas Udayana, Prof. Wayan Ramantha, Minggu (8/8).
Ia mengatakan, kondisi per triwulan II cukup membesarkan hati dan menghibur. Kondisi itu terjadi sebelum merebaknya varian delta dan sebelum terjadinya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Sementara Juli yang telah masuk pada triwulan III, terjadi PPKM yang menyebabkan aktivitas ekonomi kembali stagnan. Ia memperkirakan triwulan III ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi Bali akan kembali negatif.
Diharapkan, tahun ini dibantu dengan triwulan IV bisa bertumbuh kembali seperti triwulan II dan 2022 secara yoy minusnya bisa lebih kecil di kisaran 3%. Oleh karena itu sangat perlu perencanaan yang matang.
Misalnya perlu kebijakan yang dapat mendorong konsumsi masyarakat. Diharapkan sektor konsumsi masyarakat akan mengalami peningkatan seiring dengan dilonggarkannya PPKM.
Selain itu diperlukan kebijakan untuk menarik investasi di sektor kecil agar bisa terbantu. Investasi dalam bentuk permodalan usaha kecil (mikro) belum bisa sehingga diharapkan Pemda mulai memprogramkan untuk menarik sektor kecil ini.
Walaupun secara finansial, APBD sulit diharapkan, tapi program kerja dari dinas terkait yang terkait dengan UMKM bisa dilakukan. Misalnya mengajukan paket bantuan ke pemerintah pusat berupa stimulus bantuan permodalan, baik dalam bentuk subsidi maupun pinjaman lunak yang berjangka panjang.
Sementara program jangka panjang, mengingat saat ini kabupaten/kota dan provinsi sedang menyusun perencanaan untuk tahun anggaran 2022, proyek strategis nasional seperti Bandara Bali Utara perlu ditindaklanjuti dengan proposal perencanaan infrastruktur. “Karena dengan begitu jangka panjang setelah bandara bisa beroperasi tentu akan bisa menunjang pariwisata, khususnya keseimbangan pertumbuhan ekonomi Bali selatan dan utara,” ungkapnya.
Dengan pengalaman pandemi ini, memang Bali tidak bisa lagi mengandalkan pariwisata. “Meski kita tidak bisa lepas dari pariwisata, tapi kita seimbangkan dengan sektor ekonomi lain,” ujarnya.
Bali memiliki potensi besar di sektor perikanan (pertanian dalam arti luas), terutama di Bali Utara. Dengan pengembangan Bandara di Bali Utara bisa beroperasi dan Pelabuhan Celukan Bawang bisa dioptimalkan mengingat ada rencana revitalisasi untuk pelabuhan ekspor supaya Pelabuhan Benoa bisa fokus untuk pelabuhan menunjang kegiatan pariwisata.
“Jadi sebetulnya, dua-duanya memang harus kita seimbangkan, dan juga sektor pertanian lainnya seperti sayur mayur, manggis, kalau kita ekspor dengan pelabuhan yang lebih luas, melalui laut akan bisa membuat pengiriman produk dari Bali bisa lebih efisien. Sehingga daya saing meningkat di luar negeri, dan pertanian dalam arti luas, bisa ditingkatkan, bersamaan dengan kita melakukan diversifikasi di bidang pariwisata,” bebernya. (Citta Maya/balipost)
Yuk smngt, terus kembangkan sektor sektor lainnya tanpa mengendurkan power dari pariwisata Bali itu sendiri. Agar bisa berjalan balance
kelola Bali lewat pertanian, pariwisata saat ini tdk bisa diandalkan