Salah satu produk UMKM Bali yang dipasarkan secara online. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Upaya mempercepat digitalisasi UMKM di masa pandemi terus dilakukan. Sebab, lewat digitalisasi ini, pelaku UMKM bisa mengembangkan bisnisnya tanpa perlu melakukan transaksi tatap muka dan memperluas jangkauan produknya lewat penjualan online.

Menurut salah satu pelaku UMKM yang sudah merasakan manfaat digitalisasi ini, Jimmy Aman, dirinya sudah berkecimpung di usaha penjualan oleh-oleh di Bali selama 20 tahun. Bahkan, dirinya sudah memiliki sejumlah toko yang melayani penjualan produk oleh-oleh menyasar wisatawan mancanegara (wisman).

Namun, sejak pandemi, dirinya harus menutup toko-toko itu. “Semua toko saat ini tutup karena dihantam pandemi. Sebab, lokasi toko saya kebanyakan di obyek wisata yang mengandalkan turis,” ujarnya.

Ia pun memilih strategi untuk menjual produknya di toko online. Awalnya hanya ingin menghabiskan produk oleh-oleh yang ada di toko fisiknya. “Waktu itu sudah buntu lah jalannya karena sudah tidak ada lagi turis asing dan lokal. Kebetulan saya juga sering belanja online sehingga mencoba jualan di Tokopedia,” ungkapnya dalam pertemuan virtual lewat zoom, Senin (9/8).

Baca juga:  UKM Harus Kompetitif dan Adaptif

Aman mengaku kaget karena produknya laku dan kini bisa mempertahankan bisnisnya. Bahkan, suplier juga sudah bisa diaktifkan memproduksi barang dengan adanya toko online, sehingga multiflier effectnya lebih luas.

Dengan adanya toko online, ia mengatakan bisa tetap berjualan dan kini lebih banyak melayani pasar domestik. Termasuk, wisatawan nusantara yang sedang liburan di Bali namun tidak bisa langsung berkunjung ke tokonya. “Paling jauh menjual itu sampai Papua,” cetus pria yang memiliki usaha Leolle Bali ini.

Dekorasi dan pengharum ruangan paling banyak dicari di toko online-nya. Untuk toko online, penjualannya bisa mencapai 50 pieces per hari dengan pelanggan terbanyak ada di Jakarta.

Pengalaman berjualan online yang bisa membantu mengembangkan usahanya juga dirasakan Andi Kasma. Ia memilih berjualan beras dan telur di toko online karena daerah asalnya merupakan produsen beras dan telur. “Pada saat pandemi benar-benar butuh effort untuk memulai usaha baru,” katanya yang mulai membuka toko digital sejak Juni 2020.

Baca juga:  Mufidah Jusuf Kalla Kunjungi Denfest

Ia mengaku melakukan bisnisnya pertama kali lewat door to door. Akhirnya, ia diajak bergabung ke dunia digital dan merasakan manfaatnya karena diberikan bimbingan pula terkait penjualan. Bahkan, pihaknya mengalami peningkatan omzet hingga 40 persen dari sebelumnya.

Kisah sukses migrasi ke digital lainnya diutarakan pemilik usaha Sambal Raja Roa di Balikpapan, Imam Masyhuda. Ia mengungkapkan di saat pandemi sempat mengalami penurunan omzet sebanyak 80 persen dan merumahkan karyawan.

Pihaknya pun melakukan migrasi ke digital untuk menunjang bisnisnya. “Peran teknologi berpengaruh banget untuk perkembangan bisnis, terutama saat pandemi ini,” jelasnya.

Disebutkan Imam, omzet usahanya saat ini mencapai 3 kali lipat dari sebelum pihaknya terjun ke online. Ia pun juga memanfaatkan seluruh platform digital lainnya agar bisa mengembangkan produknya.

Hyperlocal

Terkait upaya mendukung UMKM migrasi ke digital, Senior Lead Regional Expansion (RGX) Tokopedia, Yanuar Rakhmad mengatakan pihaknya saat ini memiliki 11 juta penjual yang 100 persen UMKM. Bahkan sebanyak 94 persen usaha ultra mikro (UMi).

Baca juga:  Update COVID-19 Nasional : Dua Rekor Baru Dipecahkan Hari Ini!
Yanuar Rakhmad. (BP/iah)

Ia pun menyebutkan dalam menginisiasi lebih banyak lagi UMKM masuk digital, sejumlah strategi hyperlocal diterapkan. Tujuannya untuk membantu pegiat bisnis di seluruh Indonesia untuk mengembangkan usahanya secara sama. Misalnya Kumpulan Toko Pilihan dan Sekolah Kilat Seller.

Untuk Sekolah Kilat Seller, dijelaskannya ini merupakan program pendampingan untuk memberikan edukasi ke pelaku usaha baru sehingga bisa berkembang dengan lebih baik. Selain itu, ada upaya digitalisasi pasar yang membantu para pedagang pasar. “Belanja online menjadi alternatif selama masa pandemi. Terlebih, ada sejumlah daerah yang menjalani PPKM,” katanya.

Kepala Divisi Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Daerah Tokopedia, Emmiryzan menambahkan bahwa kunci menghadapi pandemi adalah berkolaborasi dan inovasi. Salah satunya dengan pemerintah, sehingga bisa memberikan lebih banyak manfaat untuk masyarakat. Ia mencontohkan digitalisasi pasar tradisional, pembayaran pajak, bangga buatan Indonesia, dan vaksinasi gratis untuk pelaku UMKM.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *