Prof. IB Raka Suardana. (BP/Dokumen)

Oleh Prof Ida Bagus Raka Suardana

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2021 melejit hingga 7,07 persen secara tahunan (year on year/yoy). Dengan demikian, Indonesia berhasil membalikkan keadaan pada pertumbuhan ekonomi yang melemah akibat dari Pandemi Covid-19, pencapaian ini pun merupakan pertumbuhan tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Namun banyak yang meragukan angka itu, sebab realita di lapangan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Geliat perekonomian masih dianggap seret, bahkan mungkin stagnan. Anggapan itu tentu tidak salah-salah amat, sebab dengan tolok ukur yang berbeda.

Menurut BPS, kenaikan pertumbuhan disebabkan lonjakan dari nilai ekspor yang meningkat secara signifikan dari kepesertaan UKM (usaha kecil dan menengah) yang ikut di dalamnya. BPS mencatat, nilai ekspor pada bulan Juni 2021 sebesar US$ 18,55 miliar atau naik 9,52% secara bulanan dan naik 54,46% dibandingkan Juni tahun lalu. Terdapat nilai ekspor olahan kayu yang mengalami kenaikan tajam sebesar 70,34% atau bernilai US$ 4,405 miliar dibandingkan kuartal II 2020 yaitu US$ 2,586 miliar. Termasuk peningkatan ekspor olahan kayu, dimana pemerintah telah memfasilitasi sertifikasi legalitas kayu bagi 200 kelompok UKM, serta fasilitas ekspor yang dibantu sepenuhnya dari dana APBN.

Baca juga:  Lontarkan Kata-kata Ancaman, Seorang Pria Dilaporkan ke Polisi

Kontribusi UKM terhadap ekspor non migas ditargetkan mencapai 15,2 persen di tahun 2021. Kementerian Koperasi dan UKM terus berupaya mendorong sebanyak mungkin produk UKM agar go ekspor. Kepesertaan UKM saat ini berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07% atau senilai 8.573 triliun rupiah. Sedangkan berdasarkan data BPS, menunjukkan bahwa UKM memberikan kontribusi sebanyak 60 persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) dan penyerapan tenaga kerja sekitar 90 persen.

Di sisi yang lain, penyerapan kredit perbankan saat ini yang diperuntukkan bagi UKM telah mencapai Rp1,024 triliun per Mei 2021. Jumlah ini hampir setara dengan 20 persen dari pagu anggaran yang disiapkan yaitu Rp5,576 triliun. Selain itu, dari sisi Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga mengalami perbaikan di kuartal II-2021, dimana kredit yang sudah terserap sebesar 58,09 persen dari pagu Rp253 triliun. Jika dari besarnya anggaran yang tersedia diimbangi dengan kinerja pengawasan yang baik, maka Indonesia bisa jadi akan memiliki pelaku UKM yang berbasis ekspor terkuat di dunia.

Baca juga:  Cuaca Buruk, Waspadai Ancaman Gelombang Tinggi

Jika strategi pengembangan UKM tersebut terus berlanjut, dimana penggunaan sarana internet saat ini menjadi lalu lintas informasi untuk menumbuhkan demand dan supply atas barang dan jasa yang semakin terbuka secara bebas, maka Indonesia adalah satu-satunya Negera dengan postur penduduk yang ramping (tidak terlalu banyak, tidak terlalu sedikit), sehingga mampu bersaing secara ketat, baik di tingkat regional mau pun internasional. Akibatnya, kemampuan kita untuk mengurangi resiko kehilangan pekerjaan yang disebabkan PHK oleh perusahaan besar dan di saat yang sama kehadiran UKM mampu mempertahankan kinerja ekonomi seperti saat ini, akan semakin mudah dilakukan.

Untuk Provinsi Bali, BPS mencatat total perekonomian Bali pada triwulan II-2021 yang diukur berdasarkan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp 56,41 triliun. Atau jika diukur atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010, PDRB Bali tersebut tercatat sebesar Rp 36,82 triliun. Dengan besaran tersebut, ekonomi Bali triwulan II-2021 tercatat tumbuh sebesar 5,73 persen jika dibandingkan dengan capaian triwulan I-2021 (quarter to quarter/qtq). Sedangkan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy), ekonomi Bali triwulan II-2021 tercatat tumbuh sebesar 2,83 persen. Namun jika diakumulasikan pertumbuhan triwulan I-2021 dan triwulan II-2021, maka selama semester I-2021 ekonomi Bali tercatat terkontraksi sedalam -3,73 persen (ctc).

Baca juga:  Ancaman Omicron, WHF Agar Diberlakukan Lebih Fleksibel

Ada beberapa penyebab membaiknya perekonomian Bali di triwulan II-2021, seperti adanya program Work from Bali (WFB) yang menimbulkan demand, adanya aktivitas kegiatan MICE yang berjalan cukup intens selama triwulan II-2021. Kemudian didukung pergerakan transportasi dan jasa lainnya seperti pegelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-43 Tahun 2021, tumbuh positifnya komponen Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum yang menjadi representasi dari sektor pariwisata Bali pada triwulan II-2021 dibandingkan triwulan II-2020.

Dari sisi produksi, struktur ekonomi Bali pada triwulan II-2021 masih didominasi oleh komponen Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum yang tercatat berkontribusi sebesar 17,03 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, kontribusi terbesar tercatat pada Komponen Konsumsi Rumah Tangga yaitu 54,04 persen.

Apakah di triwulan III-2021 perekonomian nasional dan Bali akan terus membaik? Tentu harapan kita seperti itu, namun semuanya sangat tergantung dari keberhasilan kita bersama untuk melumpuhkan si wabah, Covid-19.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *