akomodasi
Ilustrasi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali bisa menjadikan wisata medis sebagai alternatif karena potensi yang dimilikinya. Namun, dalam merealisasikan hal itu, perlu dukungan pemerintah, salah satunya berupa insentif pajak. Demikian diungkapkan Ketua Bali Medical Tourism Association (BMTA), dr. I Gede Wiryana Patra Jaya, M.Kes.

Belum lama ini, ia mengatakan, rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) berharap ada insentif pajak dalam pelayanan kesehatan. “Kami tidak mengatakan harus dihilangakan pajaknya, tapi kami berharap ada semacam perhatian berupa insentif pajak,” ungkapnya.

Baca juga:  Bali Potensial Tawarkan Wisata Kesehatan Premium, Penuhnya Penumpang "Business Class" Jadi Indikator

Selama ini, bahan-bahan medis, seperti bahan habis pakai banyak didatangkan dari luar Indonesia, sehingga ketika masuk ke Indonesia kena pajak. Kemudian ketika diedarkan juga kena pajak, dan ketika bahan tersebut diberikan RS ke pasien juga kena pajak lagi. “Itulah yang membuat harga pelayanan kesehatan kita tinggi, sementara dari semua komponen layanan kesehatan, 60 persen adalah untuk komponen obat dan alat medis. Sementara ada komponen biaya lab, jasa yang juga harus kita perhitungkan. Kalau komponen jasa bisa saja kendalikan, tapi obat dan alat medis, belum bisa,” ujarnya.

Baca juga:  Potensinya Besar, Bali Makin Serius Garap "Medical Tourism"

Selain faktor obat dan alkes, ia mendorong agar 14 RS yang bergabung di bawah BMTA dapat memberikan layanan medical tourism terpisah dengan layanan umum. Menurutnya jika pelayanan digabung, kurang baik. “Tiap RS kami dorong ada layanan untuk patient asistent center yang melayani 24 jam, karena kalau dari sisi pengalaman, RS di Bali rata-rata pernah melayani WNA,” tandasnya.

Kendala lain dalam pengembangan medical tourism adalah kemampuan masing-masing rumah sakit dalam menyediakan layanan unggulan. Seperti halnya layanan kanker yang terdiri dari pengobatan kemoterapi, operasi dan radioterapi, belum semua rumah sakit bisa menyediakan semuanya.

Baca juga:  Keberadaan Kandang Ayam di Penglipuran Dikeluhkan Warga

Potensi medical tourism juga besar, karena menurutnya masyarakat Indonesia mengeluarkan uang berobat ke luar negeri mencapai sekitar Rp 160 triliun. Maka dari itu, selain warga negara asing, wisatawan nusantara juga menjadi target market dari medical tourism ini. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *