DENPASAR, BALIPOST.com – Karateka PON Bali Ni Made Nada Dwimayanti yang turun di kumite -68 kg, punya pengalaman bertanding pada kejuaraan internasional World Karate-do Federation (WKF) di Santiago, Chili. Bahkan, dia pernah menghuni pelatnas junior dua kali.
Nada menuturkan, pelatnas pertama dirinya menjadi pelapis seniornya Ceyco Georgia Zefanya pada 2015, perebut medali emas Pra PON. “Saya meraih medali perunggu di ajang Pra PON,” terang karateka kelahiran Denpasar, 2 April 1999 ini.
Ketika menghuni pelatnas 2015, dirinya masih duduk di bangku kelas II SMAN 1 Kuta Utara (Sakura). Selanjutnya, Nada kembali menghuni pelatnas pada 2019.
Bahkan, sempat berlaga pada kejuaraan WKF di Santiago, Cili. “Saat itu di babak penyisihan saya berhasil menaklukkan karateka Selandia Baru, kemudian di babak kedua dikalahkan atlet Australia,” kenang putri kedua pasangan Ketut Sukrata dan Ni Made Rai Yani ini.
Dijelaskannya, pada 2017, Nada diproyeksikan tampil pada Porprov Bali di Gianyar membela Badung. Sayangnya, dia terpaksa harus absen, sebab harus mengikuti pendidikan Polwan, di Ciputat. “Saya pertama kali tampil di Porprov Bali Tabanan 2019, dan bersyukur menyabet emas,” tuturnya.
Ia pun dipanggil mewakili Bali, guna berlaga ke Pra PON. Usai merebut tiket PON, Nada sempat menjalani pemusatan latihan di Depok. “Saya melakukan sparring meladeni karateka FORKI Bogor, serta mahasiswi dari DKI,” ujarnya.
Sepulang pemusatan latihan dari Depok, Nada langsung TC sentralisasi bagi tim PON Bali yang menginap pada hotel di Kuta, berikut latihan di Kuta.
“Saat ini saya mengikuti program TC sentralisasi, sekaligus persiapan akhir menjelang laga PON Papua,” ungkapnya.
Ia tetap bertekad tampil maksimal, sembari pulang membawa medali. “Saya akui lawan berat saya adalah Ceyco, karateka asal DKI yang sudah punya nama dan jam terbang tinggi, tetapi saya tetap siap meladeni dan tampil dengan semangat juang tinggi,” papar anggota Brimob Polda Bali ini.
Nada sendiri mulai belajar karate sejak kelas II SDN 4 Tonja Denpasar. Saat di bangku kelas V SD, dia berguru karate di Dojo Tegal Harum Monang-Maning Denpasar, dilatih Sensei Agung Udayana.
Prestasi nada mulai mengkilap sejak duduk di kelas III SMPN 4 Denpasar, merebut emas di Porjar Bali. Ia meneruskan sekolah di SMAN 1 Kuta Utara Badung, mengikuti Sang Pelatih Agung Udayana. “Saat SMA, saya merebut emas di Porjar Badung dan Porjar Bali,” terangnya. (Daniel Fajry/balipost)