DENPASAR, BALIPOST.com – Korban jiwa COVID-19 di Bali terus bertambah puluhan dalam sehari. Jumlah ini membuat terjadinya penumpukan jenazah di sejumlah RS, salah satunya di RS Wangaya.
Menurut Kepala Instalasi Pemulasaran Jenazah RSUD Wangaya, Ida Bagus Gede Rama Praba Vananda, Minggu (15/8), saat ini pihaknya hingga membuat tenda tambahan untuk penitipan jenazah. Ia menyebutkan, untuk penitipan saat ini sudah mengalami penurunan.
Dari awalnya 71 jenazah, kini berkurang menjadi 23 jenazah. Ini karena hari baik untuk penguburan sudah dilalui, sehingga kamar jenazah menjadi agak lengang.
Saat ini pihaknya mengaku lebih mengutamakan prokes dengan menitipkan jenazah di kamar jenazah ketimbang dibawa pulang. Bahkan untuk jenazah terkonfirmasi positif yang meninggal di RSUD Wangaya dibantu dalam hal biaya administrasinya sehingga tidak memberatkan.
Terkait adanya usulan PHDI Bali kepada Gubernur Bali agar penitipan jenazah di rumah sakit maksimal dua hari, dinilainya sangat baik. Dikatakan, bila hal itu bisa terwujud, pihaknya tak perlu lagi membangun tenda darurat untuk tempat pemulasaraan jenazah dan memperingan tugas RS.
Hanya saja, sebelumnya perlu dilakukam sosialisasi kepada prajuru desa adat sehingga semua tahu dan tidak ada kendala. “Kendalanya, apakah masyarakat sudah dapat informasi seperti itu, takutnya nanti masyarakat banyak yang tidak mengetahui hal tersebut. Jadi perlu disosialisasikan,” katanya.
Selain itu, sebelum diterapkan, perlu juga dipikirkan kemana jenazah, khususnya untuk jasad positif COVID-19 itu akan dibawa. Jika dikremasi, diperlukan tempat kremasi yang siap. Sedangkan jika jenazah dipulangkan dimana dan siapa yang menguburkan.
Pihaknya menambahkan, saat awal COVID-19 di Bali, penguburan dilakukan langsung oleh tim khusus dari rumah sakit. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, pemakaman dilakukan Satgas Gotong Royong di desa, dan rumah sakit hanya mengantarkan jenazah dengan ambulans. (Asmara Putera/balipost)