Sukarelawan "Meals on Wheels" menyiapkan makanan untuk dikirimkan kepada komunitas yang rentan, saat penguncian diberlakukan untuk membatasi penyebaran penyakit virus corona (COVID-19), di area pemerintah lokal Canterbury-Bankstown di barat daya Sydney, Australia, Rabu (4/8/2021). (BP/Antara)

SYDNEY, BALIPOST.com – Kota terbesar di Australia, Sydney, mencatat rekor angka kematian harian selama pandemi COVID-19 pada Senin (16/8). Sydney, yang memasuki pekan kedelapan penguncian, menjadi episentrum gelombang ketiga pandemi COVID-19 yang mengancam ekonomi Australia senilai 2 triliun AUD (Rp 21.122,7 triliun) terdorong ke dalam resesi.

Dikutip dari Kantor Berita Antara, Pemimpin negara bagian New South Wales Gladys Berejiklian mengatakan tujuh orang di Sydney meninggal akibat COVID-19 dalam 24 jam terakhir. Ini, melampaui rekor harian sebelumnya yang dicatat NSW bulan ini.

Berejiklian mengatakan NSW juga mendeteksi 478 kasus infeksi baru, tertinggi dalam sehari sejak pandemi dimulai. “Angka penularan di komunitas kita sangat tinggi,” katanya kepada wartawan di Sydney.

“Setiap kematian adalah seseorang yang punya orang-orang tercinta, yang telah wafat dalam situasi tragis, dan dukacita kami kepada semua orang tercinta itu dan keluarga mereka.”

Baca juga:  Persentase Kesembuhan COVID-19 Bali Capai 77 Persen, Kasus Baru Masih Tambah Puluhan

Otoritas telah mengonfirmasi kematian seorang anak berusia 15 tahun di Sydney, yang mengidap meningitis pneumococcus dan COVID-19.

Jumlah kematian pada Senin itu diumumkan ketika 200 personel militer dikerahkan di seluruh Sydney untuk memblokade jalan dan menegakkan aturan pembatasan pergerakan.

Australia bulan lalu mengirimkan 500 tentara untuk membantu NSW.

Lockdown

Dengan hanya 26 persen penduduk dewasa yang sudah divaksin penuh, Australia rentan terhadap varian Delta yang sangat menular yang telah menyebar di seluruh negara itu.

Sementara lockdown masih diberlakukan di Sydney, Melbourne, Canberra dan Darwin, yang mulai penguncian pada Senin ini, jumlah kasus terbukti sulit untuk ditekan.

Baca juga:  Izin Edar 16 Produk Kosmetik Dicabut

Pemimpin negara bagian Victoria mengatakan Melbourne akan tetap dikunci hingga 2 September setelah mencatat 22 kasus baru COVID-19.

Lima juta penduduk Melbourne juga menjalani aturan jam malam.

“Kita berada di titik kritis. Tak ada pilihan sekarang selain lebih memperkuat penguncian itu,” kata Andrews kepada wartawan di Melbourne.

Canberra, ibu kota Australia, melaporkan 19 kasus baru. Rekor kasus harian pada Senin ketika kota itu memperpanjang lockdown untuk dua pekan lagi.

Ekonomi Australia menguat sejak gelombang awal pandemi dengan tingkat pengangguran mencapai level terendah selama lebih dari satu dekade, yaitu 4,9 persen pada Juni.

Namun dengan banyaknya kota padat penduduk di pantai timur yang kini dikunci, para ekonom memprediksi adanya kenaikan besar angka pengangguran. “Pengangguran mungkin akan meningkat lagi hingga 5,5 persen dalam beberapa bulan mendatang, terutama dipicu oleh (New South Wales),” kata Shane Oliver, kepala ekonomi AMP.

Baca juga:  Kusta Masih Jadi Stigma, Penderita Malu Didata

Lonjakan kasus dan vaksinasi yang lambat telah memberi tekanan kepada Perdana Menteri Scott Morrison. Dia mengatakan pada Minggu bahwa Australia telah membeli sekitar 1 juta dosis vaksin dari Polandia, yang telah bergerak cepat membeli kelebihan pasokan.

Morrison menolak menjelaskan berapa uang yang dibayarkan Australia untuk vaksin tersebut, yang akan menambah pasokan 40 juta juta dosis yang telah dipesan dari Pfizer.

Dia mengatakan lebih dari setengah jumlah vaksin dari Polandia akan digunakan untuk memvaksinasi penduduk berusia 20-39 tahun di kawasan-kawasan terdampak paling parah di Sydney. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *