DENPASAR, BALIPOST.com – Tim judo Bali sesungguhnya meloloskan dua atlet di kelas -90 kg. Keduanya adalah I Kadek Rakyanda Adyatama yang menduduki peringkat pertama, serta I Dewa Gede Wisnu Baruna di urutan ketiga.
Sayangnya, Bali tak bisa mengirimkan pejudo andalannya di kelas tersebut. Penyebabnya, menurut Ketua I Pengprov PJSI Bali Nengah Sudiartha, di Denpasar, Selasa (17/8), karena Kadek Rakyanda meninggal dua bulan lalu.
Sedangkan, Dewa Wisnu Baruna baru menjalani operasi lutut, hingga kini belum siap tempur termasuk tak pernah latihan. “Jadi, sesuai dengan peraturan, tiap provinsi harus menerjunkan seorang pejudonya, dan Bali terpaksa lowong di kelas -90 kg,” tegasnya.
Sudiartha menyatakan, dengan lowongnya pejudo Bali di kelas -90 kg, otomatis Bali menurunkan 15 pejudo. “Padahal, Rakyanda kami gadang-gadang untuk mendulang emas,” sebut dia.
Kendati Bali lowong di kelas -90 kg, namun sama sekali tak menyurutkan perjuangan pejudo PON, termasuk target medali. “Kami tetap mematok target 5 emas,” cetusnya.
Dikemukakan, hingga kini empat pejudo PON Bali yang menghuni pelatnas, belum bergabung di pelatda PON. Mereka adalah Ni Kadek Anny Pandini (-57 kg), I Dewa Ayu Mira Widari (+78 kg), Gede Ganding Kalbu Soethama (-100 kg), dan I Gede Agastya Dharma Wardana (+100 kg). “Keempat pejudo pelatnas direncanakan akan gabung bersama atlet pelatda, pada Senin (23/8),” jelasnya.
Seorang pejudo lagi yang belum bergabung adalah Gusti Ayu Guna Kakihara, karena sedang berlatih di Jepang. “Kami senantiasa intensif berkomunikasi dengan Guna Kakihara, dia menyatakan siap membela Bali menjelang keberangkatan ke Papua,” tandasnya.
Ia menekankan, dalam mengirimkan pejudo harus siap tempur. “Untuk apa menurunkan pejudo yang sekadar meramaikan PON, orientasinya bukan prestasi,” tuturnya. Bahkan, bagi pejudo yang kelebihan berat badan menjelang keberangkatan, terpaksa ditinggal dan dipastikan absen bertanding.
Sudiartha menyoroti kelebihan berat badan (over weight) atlet. “Kami batasi sepekan menjelang keberangkatan, berat badan pejudo harus ideal. Jika masih kelebihan berat badan, maka dipastikan atlet bersangkutan tidak berangkat,” ujarnya.
Ia memaklumi, kondisi kelebihan berat badan, mengingat mereka selama ini berlatih secara mandiri, hingga tidak terkontrol berat badannya. “Venue cabor judo di Mimika, begitu tiba di hotel kami tidak bisa berlari lagi untuk menurunkan berat badan, sebab atlet hanya diizinkan keluar dari hotel menuju venue, kemudian balik lagi ke penginapan,” terang dia. (Daniel Fajry/balipost)