Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri menekan sirine, pembangunan pelindungan Kawasan Suci Besakih, Rabu (18/8). (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Sejarah baru terukir di Bali dengan langkah totalitas Gubernur Bali, Wayan Koster melakukan pembangunan Pelindungan Kawasan Suci Pura Besakih. Krama Bali mencatat penataan kawasan Besakih ini menjadi bhakti suci dan monumental Bali Era Baru dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri mengaku sangat bangga dan terhormat bisa didaulat untuk memulai pembangunan kawasan Pura Besakih secara simbolis. “Tentunya nanti akan banyak yang bertanya kenapa yang meletakkan batu pertama secara peresmian dipilih saya. Oleh sebab itu saya merasa terhormat karena saya seorang beragama Islam, tetapi karena nenek saya orang Bali jadi saya pun bagian orang Bali. Nenek saya adalah ibunya Bung Karno,” ujar Megawati.

“Selain itu ini juga karena kekuatan ideologi kita, ideologi Pancasila yang ada dalam UUD, tersebut bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama apa artinya, tidak membedakan suku adat dan agama. Terus kita juga punya Bhinneka Tunggal Ika, bermacam-macam tapi satu jua, itu yang membuat kita bisa membangun sebuah negara yang besar dengan sebutan Negara Kedaulatan Republik Indonesia,” tandasnya, Rabu (18/8) bertepatan dengan Buda Umanis Wuku Dukut, di areal Manik Mas, Pura Agung Besakih, di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem.

Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini juga menceritakan bagaimana dirinya semasa kecil sangat diajak sang ayah yakni Presiden RI Pertama Ir Soekarno untuk bertandang ke tanah kelahiran sang nenek. “Dari sana saya banyak belajar dan mengagumi filosofi tata kehidupan orang Bali, yang sangat kuat memegang kearifan lokalnya. Jadi jangan heran kalau nama Bali kini lebih dikenal daripada Indonesia di mata dunia,” tukasnya.

Baca juga:  Terdampak Investasi di Lahan Perumda Bali, Puluhan Rumah di Desa Pangyangan Dibongkar

Dalam laporannya, Gubernur Koster menyebut pembangunan di kawasan suci Besakih merupakan implementasi program prioritas sejalan dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang mengandung makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia, sekala-niskala menuju kehidupan krama dan gumi Bali sesuai dengan prinsip Trisakti Bung Karno yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam Kebudayaan. Melalui pembangunan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah, dan terintegrasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Perlindungan terhadap kawasan suci Besakih, menurut Gubernur merupakan program strategis penting yang dicanangkan dalam visi tersebut. “Hal ini merupakan cita-cita lama jauh sebelum saya terpilih menjadi Gubernur Bali, sampai beberapa kali berganti gubernur tidak pernah terwujud dan astungkara sekarang bsia terwujud berkat niat baik kita semua,” tandasnya.

“Ini adalah hal fundamental dalam pembangunan Bali, yang meliputi Alam Krama dan kebudayaan sebagai satu kesatuan tatanan kehidupan berdasarkan filosofi dan kearifan lokal Sad Kertih,” urai Gubernur Koster.

Pura Besakih dikatakan Gubernur, adalah Pura kahyangan terpenting dan juga yang terbesar di Bali, Indonesia bahkan dunia. Pura Agung Besakih yang terletak di lambung Gunung Agung sebagai tempat pemujaan utama Umat Hindu dan juga pura tertinggi di Bali, mencakup gugusan 117 unit pura, yakni 22 pura utama, 4 pura catur lawa, 14 pura pedharman, serta kategori pura lainnya yang diyakini oleh masyarakat erat kaitannya dengan keberadaan Pura Agung Besakih.

Baca juga:  Begini, Drama Tari Jayaprana-Layonsari dengan Gaya Kekinian

“Dalam berbagai teks sastra, Gunung Agung disebut juga Giri Tohlangkir, gunung yang maha agung. Huluning Bali Raja atau pusatnya dunia,” jelasnya. “Kawasan ini dalam catatan kerajaan-kerajaan Bali kuna adalah kawasan yang dipantangkan atau tidak boleh sembarangan dilalui atau dimasuki siapun juga,” imbuhnya lagi.

Dijelaskan alumnus ITB bandung ini, berbagai tempat fasilitas umum di sekitar Pura Besakih seperti toilet yang bertebaran dimana-mana, lapangan parkir yang tidak memadai dan semrawut, kios pedagang akan dibenahi. Tempat-tempat sampah pun akan dibenahi.
Menurut Gubernur asal Sembiran, Kabupaten Buleleng ini anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan program perlindungan Kawasan Suci Besakih tersebut senilai Rp 900 miliar. “Anggaran ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Semesta Berencana Provinsi Bali senilai Rp 400 miliar, serta Rp 500 miliar dari APBN Kementerian PUPR,” jelasnya.

Proses pembangunan ini dilaksanakan secara bertahap mulai 2020 hingga 2022 dimana tahap pertama telah dilaksanakan pengadaan lahan dengan anggaran senilai Rp 170 miliar yang bersumber dari APBD Semesta Berencana Provinsi Bali 2020. Lalu Tahap kedua dilaksanakan pembangunan fisik mulai 2021 hingga selesai pada 2022 dengan anggaran senilai Rp 730 miliar. “Dengan restu Ida Sang hyang Widhi Wasa, Ida bhatara Bhatari, semooga pembangunan ini dapat berjalan lancar sesuai target tanpa hambatan apapun, terlebih lagi program ini merupakan program monumental memasuki Bali Era Baru,” tandas Ketua DPD PDI-P Bali ini.

Baca juga:  Pelaku dan Pengunggah Joged Jaruh Disomasi, Jika Bandel akan Diadukan ke Polisi

Sementara itu, Pembangunan kawasan pura meliputi Pelaksanaan konstruksi pada Area Manik Mas merupakan pembangunan gedung parkir setinggi 4 lantai seluas 55.201 m2 yang meliputi area parkir lantai ground berkapasitas 5 bus besar dan 61 bus medium, lantai basement I berkapasitas 378 mobil, basement II berkapasitas 459 mobil, basement III berkapasitas 532 mobil. Kemudian basement IV untuk area pengelolaan sampah dan limbah, Bale Pesandekan seluas 543,6 m2, Pura Melanting berukuran 250 m2, kios pedagang (18 kios besar berukuran 4 m x 6 m dan 12 kios kecil berukuran 2,5 m x 3 m), toilet sebanyak 113 bilik, bangunan anjung pandang (view point) dengan luas tapak 64 m2, jalan akses masuk dan keluar ke gedung parkir, dan jalan menuju Pura Titi Gonggang beserta utilitasnya.

Lalu untuk penataan Area Bencingah berupa pembangunan kios pedagang sebanyak 358 kios dengan luas total bangunan 7.587 m2 meliputi 196 kios besar (berukuran 4 m x 6 m) dan 162 kios kecil (berukuran 2,5 m x 3 m), toilet 54 bilik, Bale Pesandekan seluas 414 m2, pembangunan 2 unit Bale Gong seluas 108 m2 dan 75 m2, pekerjaan pelataran, area bermain anak-anak, dan area parkir seluas 1.266 m2. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *