Putu Ayu Astiti Saraswati. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Perubahan memang suatu hal yang mutlak dilakukan di tengah era disrupsi dan masa pandemi COVID-19 ini. Tak beda jauh, hal ini juga berlaku untuk dunia pariwisata.

Bahkan, di Bali, yang kini industri pariwisatanya terpuruk akibat COVID-19 perlu bangkit dengan sejumlah terobosan dan ide-ide kreatif. Sejumlah anggota Asita pun mengharapkan ada perubahan dalam organisasi pariwisata ini.

Organisasi yang sebentar lagi akan melakukan pemilihan ketua baru ini pun diharapkan mampu dipimpin oleh sosok yang merupakan individu terbuka terhadap anggota serta adaptif dalam mengelola organisasi. Perubahan pariwisata Bali, menurut mereka membutuhkan sosok yang lepas dari konflik serta mampu membebaskan organisasi Asita Bali dari berbagai kepentingan politis. Mereka mengaku sudah lelah mendengar konflik internal Asita dan berharap ketua yang baru bisa fokus membantu anggota melewati ujian pandemi COVID-19.

Baca juga:  Tepat di Hari Ultahnya, Jero Gede Karang Suarshana Berpulang

Sosok yang dianggap mampu menahkodai Asita Bali ini, salah satunya Putu Ayu Astiti Saraswati. “Kami berharap banyak dari ibu Putu Ayu Astiti Saraswati. Selain beliau masih muda, juga tidak memiliki konflik kepentingan sehingga dapat fokus ke depannya jika memimpin,” ujar salah seorang GM usaha biro jasa perjalanan wisata yang minta namanya dirahasiakan, Kamis (19/8).

Menurutnya, di era seperti sekarang ini, Asita Bali butuh sosok pemimpin yang cekatan dan focus membantu kesejahteraan anggota. Ditambah lagi, situasi Bali yang menghadapi pandemi sehingga perekonomiannya porak-poranda.

Dia menyakini, perempuan yang kini menjabat CEO Toya Devasya Natural Hotspring ini akan dapat membantu menyelesaikan problem pariwisata, khususnya usaha biro jasa perjalanan yang kini menghadapi masalah pelik mulai dari hubungan dengan perbankan hingga pemerintah. Pelaku usaha lainnya juga menyampaikan harapan senada.

Baca juga:  Asita Diminta "Jual" Karangasem

Sosok Ayu sebagai satu-satunya perempuan dan milenial, dinilai mampu bersinergi dengan pemerintah maupun stakeholder lain pariwisata di daerah maupun kementerian di pusat. Sebagai anak muda, diyakini lebih cekatan dan cepat serta responsif dalam pengambilan keputusan. “Saya pribadi mendukung beliau sebagai anak muda. Sudah saatnya pariwisata Bali dikelola orang baru dengan perspektif baru dan ide-ide segar tidak hanya itu-itu lagi orangnya,” ujarnya sembari minta namanya juga dirahasiakan.

Menanggapi berbagai dukungan yang muncul, Ayu menegaskan bahwa tujuan awalnya ikut berkompetisi menjadi Ketua Asita Bali untuk memberi kontribusi bagi perkembangan Bali. Ditegaskan olehnya bahwa jika terpilih menjadi Ketua Asita Bali periode 2021-2026 mendatang adalah memberikan sumbangsih pemikiran dan juga waktu terhadap lembaga yang seharusnya saat ini menjadi tulang punggung bagi pemulihan ekonomi Bali tersebut.

Baca juga:  Kasus Dana SPI, Unud Sebut Kesalahan Administrasi dan Sistem

“Terima kasih atas dukungannya, kami tunggu dukungan nyatanya saat pemilihan pada 25 Agustus mendatang. Berubahan di Asita Bali harus segera dimulai dari untuk memulainya siapa lagi kalau bukan dengan kita bekerja sama,” katanya, dalam rilis yang diterima.

Sebagai kandidat paling muda serta satu-satunya perempuan, ia mengajak semua pendukungnya untuk bekerja sama dan mewujudkan program Asitaone. Menurutnya, dengan sisa waktu yang sedemikian sedikit menjelang pemilihan, tidak ada pilihan lain selain menyatukan tekad dan komitmen demi dapat mewujudkan Asita yang Bersatu serta focus membangun kepariwisataan Bali. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *